Recap : Berkat bantuan Tsunade dan Higen, Sayaka akhirnya mendapatkan ingatannya kembali.
Sayaka mendesah, “Kau sudah mendapatkan semua ingatanmu, tak ada lagi yang dirahasiakan.” Kata Tsunade tenang, Sayaka menatap Tsunade dan mengangguk, “Terimakasih, Bibi.” Kata Sayaka, Tsunade mengangguk. “Kalau begitu, aku akan keluar.” Kata Tsunade, “Apakah Higen boleh tetapi disini?” tanya Sayaka, Higen menoleh ke Tsunade. Tsunade mengangguk, kemudian keluar dan menutup pintu.
~Other’s POV~
“Ah, Baa-Chan, bagaimana Sayaka?” tanya Naruto, “Dia baik-baik saja.” Kata Tsunade pendek, “Bagus, aku ingin melihatnya.” Kata Naruto antusias, “Lebih baik jangan sekarang, dia sedang membutuhkan waktu untuk sendiri, atau berdua dengan adiknya.” Kata Tsunade. “Ayo, kita bisa menjenguknya nanti malam.” Kata Kakashi, “Kalau begitu, lebih baik kita kembali ke tempat Gaara.” Kata Temari.
~Sayaka’s POV~
Sayaka memijit-mijit pelipisnya, karena jurus tadi, sekarang kepalanya sakit. “Nee-chan, kau tak apa-apa?” tanya Higen, Sayaka mendongak, “Yah, aku baik-baik saja.” Kata Sayaka, “Jurus itu memang ada efek sampingnya.” Kata Higen terdengar agak khawatir, “Tidak apa-apa, sungguh.” Kata Sayaka. Higen mendesah, “Sasori ini, sebenarnya, bagaimana perasaan Nee-chan padanya?” tanya Higen curiga. Sayaka mendesah dan menyisiri rambutnya dengan jari-jarinya, “Aku juga tidak tahu.” Katanya.
Mata Higen menyipit, “Apa kau……” Higen tidak melanjutkan kata-katanya, Sayaka mendongak, “Ada apa?” tanya Sayaka, Higen menggeleng, “Higen.” Ujar Sayaka, “Tak apa-apa! Hanya saja—“ Kata-kata Higen menjadi terputus, “Kau tak pernah tergagap sebelumnya, Higen.” Kata Sayaka menatapnya tajam dan menilai, alisnya terangkat, tatapan yang seolah bisa menembus segala kebohongan. Tatapan ini, Higen tak pernah bisa berbohong jika Sayaka sudah menatapnya seperti itu. “Aku tahu mungkin nanti kau akan marah kalau aku bertanya soal ini, makanya tidak jadi kutanya!” balas Higen jengkel.
Sayaka memutar bola mata, “Bagaimana, aku bisa marah, kalau aku bahkan tidak tahu apa yang ada di pikiranmu?” tuntut Sayaka. Higen mendesah tak sabar, “Baiklah, baiklah!” dengusnya, Sayaka mengangguk, “Kau suka Sasori, ya?” tanya Higen pendek. Mata Sayaka membelalak, “Ha?” Sayaka melongo, Higen memutar bola mata, “Tentu saja tidak! Kau ini bagaimana, ‘sih!?” seru Sayaka, “Aduh, kepalaku sakit lagi.” Gerutunya sambil memijit-mijit kepalanya. “Kau terlalu banyak heboh sih.” Dengus Higen, Sayaka memutar bola matanya, “Terserah.”
TO BE CONTINUED~~~~~~









0 komentar:
Post a Comment