“Huaahm… sudah pagi?” kata Sayaka, bangun dan meminum segelas air untuk menyegarkan diri. “Sebaiknya aku bersiap-siap,” gumamnya, lalu bangkit dan mandi dan merapikan kamar. “Hm… hari ini sepertinya tidak ada misi, sebaiknya aku ngapain ya? Hinata-Chan ada misi, Naruto-Kun, belum kembali juga… sudah lama sekali, ah, kalau begitu keliling desa sajalah.” katanya pada diri sendiri.
“Sayaka-Chan!” panggil seseorang. Sayaka berbalik dan melihat Sakura berlari ke arahnya, “Oh, kau Sakura-Chan, selamat pagi,” sapa Sayaka. “Kau mau kemana, pagi-pagi begini?” tanya Sakura tersenyum. “Aku cuma mau jalan-jalan saja,” balas Sayaka tersenyum juga, “Memangnya kau mau apa, Sakura-Chan?” tanya Sayaka. “Sama denganmu, jalan-jalan.” jawab Sakura. Mereka akhirnya jalan bersama dan membicarakan banyak hal.
Ketika sedang berada di tengah desa, “OOI! SAKURA-CHAN! SAYAKA-CHAN!” teriak seseorang, Sayaka dan Sakura berbalik dan melihat, “Naruto-Kun!! Kau kembali!!” seru Sayaka riang. “Wah, Naruto, kau sudah tinggi ya, sekarang,” sapa Sakura. Naruto tertawa, “Ahaha, tentu saja! Aku sekarang lebih tinggi! Uwah, Sayaka-Chan rambutmu sudah panjang sekali, dulu kan kau mengikatnya lalu dipotong pendek, sekarang panjangnya sudah sampai pinggang,” katanya. Sayaka nyengir dan berkata, “Tentu saja, kalau Sakura-Chan memutuskan lebih senang rambut pendek, kau juga, dulu kau paling pendek diantara kita, sekarang kau paling tinggi,” Naruto tampak sangat senang, “Ayo makan ramen! Sudah lama sekali aku tidak makan ramen di Ichiraku!” seru Naruto. “Dasar! Baru pulang langsung makan ramen, memangnya disana tidak ada ramen?” kata Sakura, nyengir. “Tentu saja ada! Tapi aku kan sudah lama tidak makan ramen Ichiraku, ayo, hahahaha,” jawab Naruto sambil tertawa. “Haha, dasar, ternyata waktu dan umur tidak bisa merubah kesukaanmu terhadap ramen ya, Naruto-Kun.” kata Sayaka tersenyum. “Tentu saja tidak.” balas Naruto mantap. Mereka lalu berjalan ke ramen Ichiraku sambil bercanda.
“Uwah, Naruto, lama sekali tak bertemu! Kau sudah sangat besar ya! Kapan kau kembali?” sapa Ichiraku. “Ahahah, baru saja, pesan 3 ya! Porsiku yang banyak ya! Sudah lama sekali aku tidak makan ramen ini!” seru Naruto gembira. “Ya, ya akan kubuat,” kata Ichiraku. “Jadi, Sayaka-Chan! Apa kau masih pendiam seperti dulu? Dulu kan kau pendiam dan cuek sekali, dan sangat tenang, kau dulu suka memanggilku cerewet, dan astaga! Sekarang kau paling pendek diantara kita- ADUH!” seru Naruto ketika Sayaka menjitaknya, ”Jangan mengataiku pendek,” kata Sayaka galak, Sakura tertawa. ”Iyaa deh,” gumam Naruto pasrah, Sayaka tersenyum. “Yak, ini dia sudah siap, untuk kalian bertiga.” kata Ichiraku, tersenyum. “Ehehehe, akhirnya, aku sudah lapar, SELAMAT MAKAN!!” seru Naruto. Ichiraku, Sakura dan Sayaka tertawa. Mereka menghabiskan pagi itu sambil bercanda, Ichiraku menanyakan apa saja yang Naruto lakukan selama pergi. Mereka lalu ke rumah Hokage sambil membicarakan tentang apa yang terlintas dipikiran mereka.
“Kau sudah kembali ya, Naruto,” kata Tsunade, “Wah, Naruto, selamat datang kembali!” kata Shizune, Jiraiya sudah disitu, tersenyum. “Kenapa begitu lama, baru ke kantor Hogake?” tanya Tsunade, tampak agak kesal. “Maaf ya, bibi, (oh ya, gue lupa, disini gue merubah cerita dikit hehe :P, Sanin jadi Yonnin, jadi ceritanya, Tsunade punya sodara, namanya Tsukina, dia punya kekuatan kea Tsunade, tapi gak sekuat Tsunade, dan dia gak begitu jago nge-heal, tapi jago bgt bikin racun, hehehe, disini, diceritain Tsunade 4 bersodara, Tsunade, Tsunanoki, ibunya Sayaka, yg udah mati, Tsukina dan Natsuki ato natsui gitun nama adeknya) Naruto-Kun, Sakura-Chan, dan aku makan ramen dulu,” kata Sayaka tersenyum kecil. Tsunade tersenyum kepada mereka. “Yah, 3 tahun meninggalkan Konoha pasti membuatmu rindu pada desa ‘kan Naruto?” tanya Tsunade. “Yaaah, sudah banyak sekali yang berubah, tapi Tsunade-Baachan masih seperti dulu,” jawab Naruto, entah kenapa, Naruto memanggil Tsunade dengan sebutan nenek Tsunade (^^), dan ajaibnya, Tsunade tidak marah. “Oh ya, Sayaka, aku ada misi untukmu,” kata Tsunade. “Haah? Misi? Tapi Naruto-Kun kan baru pulang, aku masih ingin bertanya macam-macam padanya,” keluh Sayaka. “Tenang, kau bisa berangkat besok, karena ada yang ingin bertemu Naruto,” kata Tsunade. “Eh? Siapa?” tanya Naruto. *POFF* “Tentu saja, aku,” kata guru Kakashi muncul tiba-tiba. “Kakashi-Sensei!” seru Naruto senang. “Lama tak berjumpa, Naruto,” kata Kakashi. “Ya ampun, Kakashi-Sensei! Kau tidak berubah sama sekali! Masih suka membaca buku karangan Pertapa Genit!” seru Naruto. Kakashi mengangkat sebelah alis. “Ya, tentu saja,” kata Kakashi sambil lalu. “Nah, sudah kan Kakashi? Kalian boleh pergi sekarang,” kata Tsunade. “Hei, bibi jangan bicara begitu, kesannya kami cuma mengganggu saja,” gerutu Sayaka. “Yah, mungkin sedikit,” Tsunade tersenyum. “Baiklah kalau begitu, ayo, Naruto, Sayaka, Sakura,” kata Kakashi. “Iya, kami pergi dulu ya, Bibi” Sayaka nyengir, meninggalkan kantor Hokage bersama Naruto, Sakura dan Kakashi.
“Uwah, sudah lama sekali aku tidak kesini” kata Sakura, “Iya, tempat pertama kita berlatih” kata Naruto. “Kakashi-Sensei, apa yang akan kita lakukan disini?” tanya Sayaka. “Kita akan berlatih mengambil lonceng lagi” kata Kakashi. “Hah?” kata Naruto. “Iya, kita sudah lama tidak berlatih bersama, aku ingin melihat kemampuan kerja sama kalian setelah lama sekali tidak bertemu, yang kuharap membaik” kata Kakashi. “Ooh, begitu” kata Sakura. Lalu mereka berlatih, dan berhasil mengambil loncengnya, Kakashi kalah. “Yah, baiklah kalian sudah membuatku senang” kata Kakashi. “Sakura, kehebatanmu dalam membuat racun, kau sudah berlatih keras dengan Tsukina-Sama, mungkin kau malah bisa lebih hebat darinya” kata Kakashi, “Terimakasih, Sensei” kata Sakura. Kakashi menangguk, “Sayaka, kekuatanmu, benar-benar keponakan Tsunade-Sama, seperti Sakura, aku yakin kau pasti bisa lebih hebat dari bibimu” kata Kakashi “Terimakasih Kakashi-Sensei”. “Naruto, 2 setengah tahun kepergianmu, kau sudah menjadi lebih kuat, kau benar-benar mewarisi kehebatan Jiraiya-Sama, kalian suatu hari nanti pasti akan menjadi lebih hebat dari guru kalian, termasuk lebih hebat dariku” kata Kakashi. “Uwah, benarkah Kakashi-Sensei?” tanya Naruto. Kakashi mengangguk. “Yak, sebaiknya kita pulang sekarang, mengingat Sayaka ada misi besok” kata Kakashi. “Baik” jawab Naruto, Sakura, dan Sayaka. “Hm… misi apa ya, yang akan diberikan bibi padaku?” Sayaka bertanya sendiri, memandang langit penuh bintang dari tempat tidurnya, lalu tertidur.
~Esoknya~
~Esoknya~
“Misimu kali ini tidak sulit, Sunagakure meminta bibit tanaman obat” kata Tsunade. “Untuk apa?” tanya Sayaka. “Ninja medis Sunagakure, meminta bantuan karena tanah disana kurang subur, sulit untuk menumbuhkan tanaman obat, mereka meminta sample dari tanaman obat yang mungkin kurang disana, jelas mereka hanya dapat menumbuhkan tanaman obat di rumah kaca, makanya mereka meminta bibit tambahan tanaman obat untuk ditumbuhkan dirumah kaca” jelas Tsunade. “Oh, baik, aku bisa melakukannya” kata Sayaka. “Baiklah, ini bibit-bibit tanaman obatnya” kata Shizune. “Baiklah kalau begitu, aku pergi” kata Sayaka.
“Merepotkan juga bibi itu” Sayaka menggerutu, kerepotan membawa 5 karung besar penuh bibit “Yah, setidaknya kau mau membantuku, Kari-Sama” kata Sayaka. Kari adalah burung ajaib, spesiesnya adalah burung kebanggaan Konoha, dia bisa berubah dari bentuk burung normal, ke burung raksasa, yang sayangnya, versi raksasa-nya tidak bisa terbang jarak jauh. “Kalau aku tidak membantumu, mungkin baru beberapa jam berjalan kau sudah pingsan, Sayaka-Hime” kata Kari dengan angkuh yang dibuat-buat. Sayaka nyengir. “Ayo, berangkat, Kari-Sama” kata Sayaka (hime: putri jadi Sayaka-Hime artinya putri Sayaka, soalnya dia ponakan Hokage Godaime).
~Deidara & Sasori's Point Of View~
“Merepotkan juga bibi itu” Sayaka menggerutu, kerepotan membawa 5 karung besar penuh bibit “Yah, setidaknya kau mau membantuku, Kari-Sama” kata Sayaka. Kari adalah burung ajaib, spesiesnya adalah burung kebanggaan Konoha, dia bisa berubah dari bentuk burung normal, ke burung raksasa, yang sayangnya, versi raksasa-nya tidak bisa terbang jarak jauh. “Kalau aku tidak membantumu, mungkin baru beberapa jam berjalan kau sudah pingsan, Sayaka-Hime” kata Kari dengan angkuh yang dibuat-buat. Sayaka nyengir. “Ayo, berangkat, Kari-Sama” kata Sayaka (hime: putri jadi Sayaka-Hime artinya putri Sayaka, soalnya dia ponakan Hokage Godaime).
~Deidara & Sasori's Point Of View~
“Danna, jinchuuriki kali ini adalah Kazekage, hm?” tanya Deidara. “Ya” jawab Sasori (atau hiruko) singkat. “Kau lebih baik menyelinap dengan benar, jangan sampai ketahuan, dan jangan membuatku menunggu terlalu lama” kata Sasori, dengan tatapan kalau-salah-aku-akan-membunuhmu. “Hahaha, tak perlu khawatir Sasori no Danna hm” kata Deidara. “Tunggu, cepat sembunyi ada yang datang” kata Sasori. Mereka bersembunyi dibalik timbunan batu {mereka bisa ngerasain chakra walopun orang itu belon keliatan}. 3 menit kemudian, “Kau tidak apa-apa, sedikit lagi sampai Sayaka-Hime” kata Kari pada Sayaka, yang kelelahan. “Aku tak apa-apa Kari-Sama, huff” jawab Sayaka. “Danna, siapa dia?” bisik Deidara pada Sasori. “Ninja Konoha? Untuk apa dia kesini?” Sasori berbisik sendiri, tidak mendengarkan Deidara. “Sayaka-Hime, naiklah kepunggungku, supaya tidak capek” kata Kari, “Tak usah Kari-Sama, setidaknya Hachibi (ekor 8) membuatku lebih kuat” kata Sayaka tersenyum. “Hachibi? Gadis itu punya Hachibi?” bisik Sasori tak percaya. “Danna, gadis itu cantik sekali, tapi dia bilang dia punya Hachibi? Apakah kita menangkapnya juga, hm?” tanya Deidara “Aku tak tahu, mungkin” kata Sasori. “tak mungkin ini terjadi, tapi, dia memang memiliki Hachibi, wajahnya juga mirip, tidak, mungkin aku salah dengar, tapi Deidara pun bilang Hachibi…” Sasori berpikir. “Danna, apa sebaiknya kita-ups” Deidara membuat setumpuk kerikil jatuh. Yang didengar oleh Sayaka. Sayaka berbalik, melihat dibelakangnya keadaan normal-normal saja. Sayaka menarik sebuah kunai dan berkata, “Siapa disitu, tunjukkan dirimu!”. Tidak ada yang muncul, tiba-tiba, BRUUUSH, air menyembur dari dalam tanah, membuat sebuah batu besar hancur menjadi serpihan kecil. “Tidak ada siapa-siapa, hmmh, ayo, sebaiknya kita jalan lebih cepat, Sayaka-Hime, perasaanku tidak enak” kata Kari, “Iya, Kari-Sama, perasaanku juga tidak enak” jawab Sayaka. “Deidara kau bodoh” bisik Sasori, nada suaranya berbahaya. {mereka sembunyi ditimbunan batu lain} “Maaf. Sasori no Danna hm” Deidara menjawab. “Sebaiknya kita tidak menyerang sekarang, dia dalam perjalanan ke Sunagakure” kata Sasori sambil mengawasi Sayaka dan Kari menghilang dari pandangan.
~Sayaka's POV~
~Sayaka's POV~
“Lama tak bertemu, Gaara-Kun, Temari-Chan, Kankurou-Kun” sapa Sayaka tersenyum hangat kepada 3 shinobi Sunagakure. “Lama tak bertemu juga, Sayaka-Chan” balas Gaara. “Kau sudah jadi Kazekage ya? Selamat ya” kata Sayaka lagi. Kali ini Gaara tersenyum. “Kau pasti capek kan Sayaka-Chan? Istirahatlah dulu, biar bibit-bibitnya aku dan Kankurou yang antar ke rumah kaca” kata Temari tersenyum. “Ah, tidak, tidak, nanti malah bikin repot” jawab Sayaka, “Tidak apa-apa” kata Kankurou. “Baiklah kalau begitu” kata Sayaka menyerahkan 5 karung bibit itu pada mereka. “Wah, kalau segini sih, Chiyo-BaaSama akan senang” kata Temari, lalu bersama Kankurou berjalan menuju rumah kaca. “Kalau begitu jasaku sudah tidak dibutuhkan aku lebih baik pergi” kata Kari, “Baiklah kalau begitu, terimakasih banyak, Kari-Sama” kata Sayaka, lalu Kari pergi. “Kau pasti capek kan, Sayaka-Chan, ayo ke kantor Kazekage” kata Gaara tersenyum. “Iya” jawab Sayaka.
“Jadi, bagaimana kabar Naruto dan yang lain?” tanya Gaara, duduk dimeja kerjanya. “Semua baik-baik saja Gaara-Kun, Naruto-Kun baru kembali ke desa kemarin” jawab Sayaka. Kemudian Temari dan Kankurou masuk, mengatakan bahwa bibit-bibitnya sudah siap ditanam, Sayaka segera ke rumah kaca bersama Temari, Gaara, dan Kankurou untuk menanam bibit-bibit itu, selama diperjalanan, mereka ngobrol seru soal Konoha dan Suna. Mereka menanyakan banyak soal orang-orang di Konoha pada Sayaka.
“Nah, sudah selesai, kau bisa pulang, Sayaka-Chan” kata Gaara. “Eh?” Sayaka berkata, “Kenapa?” tanya Gaara. “Cara bicaramu seperti kau benar-benar ingin aku pergi, ada apa?” tanya Sayaka, menatap Gaara lurus-lurus. “Tidak ada apa-apa, hanya saja kau pasti lelah kan? Makanya-“ kata Temari yang dipotong oleh Sayaka, “Maaf Temari-Chan, tapi… kalian seperti menyembunyikan sesuatu” kata Sayaka. “Sial, kenapa sulit sekali, aku tidak menyangka kalau Sayaka yang akan datang, apa Konoha belum tahu soal akatsuki?” pikir Gaara. “Tsunade-Sama bilang, dia membutuhkanmu, makanya dia ingin kau cepat kembali” kata Gaara, berusaha terdengar senormal mungkin. Sayaka menaikkan sebelah alis, “Ok, baiklah” kata Sayaka dan bersiap-siap untuk pulang.
~Deidara's POV~
~Deidara's POV~
“Penyusupan berhasil hm” bisik Deidara, menyeringai. Tiba-tiba dia melihat sepasang kaki dihadapannya. Gaara berdiri didepannya, pasirnya melayang-layang disekitarnya. “Bagaimana kau bisa tahu? Hmm” tanya Deidara. “Di Sunagakure, tidak ada burung jenis itu” Gaara menunjuk ke arah burung clay putih besar yang digunakan Deidara untuk menyusup. Deidara menyeringai, “Baiklah, kalau begitu, aku harus melawanmu ya, Godaime Kazekage, Sabaku Gaara, hmm”, Gaara diam saja. Pertarungan mulai, Gaara mulai kewalahan, Deidara membuat clay burung mini, terbang ke arah Gaara, “Cepat sekali, tidak akan bisa..” pikir Gaara. Sementara burung itu semakin dekat. Dan tiba-tiba... BRUSSHH, gelombang air menyerbu burung-burung clay milik Deidara. Clay itu meledak didalam air itu dan lenyap ditelan langit malam.
“Wah… wah… Kazekage-Sama, anda kira aku tidak tahu, kalau Akatsuki sedang mengejarmu, untung sekali ya, aku tidak benar-benar pulang” Sayaka menyeringai angkuh. Berdiri diatas Kari yang melayang {klo terbang jauh g bisa, tapi klo melayang lama bisa}. “Sayaka… seharusnya kau pulang… kalau kau tertangkap—“ kata Gaara, tapi dipotong oleh Sayaka, “Tenang saja, aku tidak akan tertangkap, kalau tertangkap juga, aku yakin aku tidak akan mati, paling Naruto-Kun dan kawan-kawan menyelamatkan kita” katanya mengangkat bahu cuek. “Soal itu, pikirkan nanti deh, sekarang pikirkan dulu cara untuk mengalahkan orang ini” kata Sayaka. “HEI! Jaga mulutmu anak kecil hm!” bentak Deidara kesal, Sayaka hanya menyeringai dan mencemooh, “Hmph… aku punya lebih banyak kerjaan dari pada mendengar omelanmu”.
Lalu mereka mulai bertarung. 3 burung clay Deidara hampir mengenai Sayaka, hampir kalau tidak dilindungi oleh pasir Gaara, sementara Kari mengecil dan mencakari clay yang lain. “Terima kasih” Sayaka berkata pada Gaara. “Jangan sungkan” jawabnya. Bermenit-menit pertarungan berlalu, akhirnya beberapa burung clay Deidara mengenai Gaara, membuatnya pingsan. “Gaara!” seru Sayaka. Pasir yang menyangga tubuhnya dan Gaara {mereka perang dilangit cool ya} hampir hilang, “KUCHIYOSE NO JUTSU!!” teriaknya memanggil Kari. Gaara jatuh ke pungung Kari. “Sayaka-Hime!” kata Kari. Sayaka memanjat ke kepala Kari. “Kari-Sama, tolong lindungi Gaara!” seru Sayaka, “Baik, Sayaka-Hime” jawab Kari. Setengah jam berlalu pertarungan makin sengit. “Wah… wah… selain cantik juga kuat ya… hm” Deidara menyeringai, “Aku harus cepat-cepat menyelesaikan pertarungan ini, Sasori no Danna pasti sudah kehilangan kesabaran sekarang” , pikir Deidara. “Sial, chakraku tinggal sedikit, tapi aku tak boleh menggunakan Hachibi, nyawa Gaara dan Kari-Sama bisa terancam”, pikir Sayaka. DUAR!!!! Ledakan menghantam sisi tubuh Kari. “KARI-SAMA!!!” Sayaka berteriak, “AH! Sayaka…Hime maafkan…” erang Kari. Kari jatuh ke bumi, kembali ke ukuran biasa. Meninggalkan Sayaka dan Gaara. “Gaara-Kun! Sadar! Tolong!” jerit Sayaka ketika dia dan Gaara mulai jatuh ke bawah, “Dia lengah, inilah saatnya” kata Deidara, sambil mempersiapkan clay.
“INILAH DIA!! KATSU hm!!!” teriak Deidara melemparkan burung clay itu kepada Sayaka. “KYAH!” seru Sayaka, terlambat, clay itu meledak tepat menghantam tubuhnya, dia dan Gaara jatuh kebumi, “Sayaka….Hime” bisik Kari dan menghilang (POV).
~Sasori's POV~“Deidara, anak bodoh itu, ngapain sih dia? Lama sekali, aku benar-benar akan membunuhnya” desis Sasori marah.
~Deidara's POV~
~Deidara's POV~
“Huh, akhirnya gadis ini dan Kazekage bisa kukalahkan hm” kata Deidara, “Melawan gadis ini, ya ampun, aku lelah sekali hm” katanya lagi, jelas kelelahan. “Sebaiknya aku segera pergi ke Sasori no Danna hm”. Deidara terbang ke tempat Sasori dengan Sayaka dan Gaara di apit oleh kaki burung claynya.
~Sasori's POV~
~Sasori's POV~
“Lama sekali, Deidara, kau mestinya selesai setengah jam yang lalu, dasar payah, tak berguna” damprat Sasori. “Maaf Sasori no Danna, gadis ini muncul, kuat, ini gadis Hachibi itu, kupikir sebaiknya kutangkap juga, karena dia telah melihat kita, hm” kata Deidara. “Apa?” tanya Sasori tajam, menatap Deidara lurus-lurus. “Kubilang, gadis hachibi itu kukalahkan, dia melindungi Gaara, lagipula dia melihat kita hm” jawab Deidara sambil mengangkat bahu. Sasori tampak terkejut, “Apa kita bawa dia ke markas, Danna hm?” tanya Deidara. Sasori diam saja, ‘Kenapa wajahnya begitu mirip dengannya? Kenapa bisa ada orang yang sangat mirip dengannya?’ Sasori tampak bingung, “Umm, Sasori no Danna? Kau mendengarku hm?” tanya Deidara agak tak sabar, “Entahlah, bawa saja deh” gumam Sasori. Dan mereka pergi meninggalkan Sunagakure, menuju markas, dengan 2 jinchuuriki itu.
~Meanwhile.....~
~Meanwhile.....~
“APA?! AKATSUKI MENYERANG SUNAGAKURE?!” bentak Tsunade tak percaya. Shizune tampak takut sekali. “I- iya Tsunade-Hime, mereka berhasil menangkap Gaara dan…” suara Kari menghilang. “MEREKA BERHASIL MENANGKAP SAYAKA JUGA?!” teriaknya, “I-iya” jawab Kari. “Sial!” bentaknya. “Hmmh” Tsunade menarik napas panjang untuk menenangkan diri, lalu berkata, “Lalu, apa kau berhasil melacak persembunyian mereka atau kemana dia membawa Sayaka?”, “Soal itu… aku benar-benar minta maaf, musuh berhasil melukai tubuhku, ledakannya sangat besar, jadi, aku pingsan dan hilang tepat saat Sayaka dikalahkan” jawab Kari. Tsunade tampak menguatkan diri, dia menarik napas panjang dan mengembuskannya dengan berat. “Yah, kau juga terluka parah Kari-Sama, maaf aku marah-marah” katanya parau, Kari tampak merana. “Shizune, lacak mereka” katanya tajam kepada Shizune, “Ba-baik” kata Shizune sambil berlari keluar ruangan hokage, kentara sekali ketakutan.
~Sayaka's POV~
~Sayaka's POV~
“Uh... dimana… aku?” tanya Sayaka, menatap ruangan yang tidak dia kenali. “Kau berada di rumahku (ya, ceritanya setiap agt. Akatsuki punya rumah pribadi, walo gak gede2 amat, cukup buat 1 org aja)” jawab suara yang terdengar kasar dan parau, yang disimpulkan Sayaka suara laki-laki. Sayaka duduk ditempat tidur, “Ow…” erangnya memegang bagian pinggang dan perut sebelah kiri. Dia melihat siapa yang menolongnya dan terkejut sekali, Sasori (di dlm boneka hiruko, tapi kita pake aja nama Sasori) memandangnya tajam dari tengah ruangan. “Siapa kau?” serunya dia ingin mengambil kunai tetapi… “Jangan coba melawan, semua senjatamu telah kusimpan, dan kau seharusnya berterimakasih padaku karena telah merawat lukamu” katanya malas. Sayaka mengangkat sebelah alis, tiba-tiba dia teringat sesuatu.
“Mana Gaara-Kun? Dan kau belum menjawab pertanyaanku, siapa kau?” tanyanya dingin, “Gaara dimana, bukan urusanmu, kau belum berterimakasih” balasnya dingin. “Dan kau belum menyebutkan namamu” balas Sayaka dengan angkuh (yep angkuh n arogan), Sasori menaikkan sebelah alis, “Begitu ya? Tahu tidak sekarang ini kau bisa saja sudah mati kalau tidak kutolong?” tanyanya. “Tidak aku tidak tahu sama sekali, tidak peduli, dan aku tidak mau tahu” jawab Sayaka pedas menambahkan tekanan pada 4 kata terakhir, Sasori menatapnya dingin sekali. “Terimakasih” kata Sayaka, kecil sekali, tapi bisa didengar oleh Sasori, “Apa?” tanyanya tajam, matanya menyipit, Sayaka menghela napas, “Kau bilang aku harus berterimakasih dan sekarang aku sudah berterima kasih, sekarang, aku bertanya dengan segala kerendahan hati dihatiku (walau tampaknya tidak) maukah kau memberitahu aku siapa dirimu?” jawab Sayaka tajam.
Sasori menyeringai (walo g keliatan krn mulut boneka hiruko ditutup kain). “Bagus… namaku Sasori” jawabnya singkat sambil lalu, “Sasori? Cucu Chiyo-BaaSama?” Sayaka mengernyit, “Iya” jawabnya cuek. Sayaka menatapnya tajam, “Sangat tidak sopan tidak menunjukkan wajah aslimu kalau kau berkenalan dengan seseorang” kata Sayaka. Sasori menghela napas, “Bagaimana kau tahu?” tanyanya, Sayaka mengernyit, “Hmph, aku sempat mendengar dirimu dari Chiyo-BaaSama, dia bilang kau selalu bersembunyi di dalam boneka,” jawab Sayaka, mencemooh.
Sasori menatapnya, “Memangnya aku peduli soal sopan santun? Aku anggota Akatsuki, anak bodoh” balasnya pedas, Sayaka juga menatapnya dingin lalu bertanya, “Lalu, kenapa aku ada dirumahmu?”. “Pertanyaan bagus” jawab Sasori, Sayaka menatapnya, menaikkan sebelah alis, “Akatsuki saat ini sedang melakukan sesuatu, dan aku tidak bisa ikut karena aku harus menjagamu supaya tidak kabur” katanya. “Melakukan sesuatu pada Gaara-Kun kan?” semprot Sayaka tajam, Sasori diam saja.
Lalu Sayaka teringat sesuatu dan menggerenyit. “Mana temanmu yang berambut pirang itu? Deidara atau siapa namanya?” tanya Sayaka, “Bersama Akatsuki” balas Sasori. “Tapi kenapa harus kau yang menjagaku?” Sayaka bertanya lagi. Kali ini Sasori menaikkan sebelah alis, lalu menjawab kalem, “Kecuali kau mau saat bangun tiba-tiba kau dipeluk dan diteriaki, ‘MANIS SEKALIII!’ oleh laki-laki bermulut lebih dari satu yang berisik dan bodoh, silahkan”, Sayaka menatapnya lalu menghela napas, “Jadi aku harus bersamamu berapa lama?” dia bertanya. “Seminggu” jawab Sasori kalem. ".....Apa?" Sayaka bertanya kaget, "Aku harus mengurusmu selama seminggu," jawab Sasori tak sabar dan memberi Sayaka pandangan kau-ini-bodoh-benar. "Tapi---" "Apa lagi? Aku ini juga punya kerjaan tahu, dan sekarang kalau kau tidak keberatan, aku ingin melanjutka pekerjaanku, terimakasih." kata Sasori lalu keluar kamar, meninggalkan Sayaka sendirian.
Beberapa jam kemudian, Sasori kembali masuk ke kamar. ".... Apa yang kau lakukan?" tanya Sasori curiga, karena Sayaka sedang membuka laci lemarinya, "Mencari barang," kata Sayaka, "Semua senjatamu kusim-" "Bukan senjata," kata Sayaka, "Dimana kalungku?" tanya Sayaka serius. Sasori menatapnya sinis, "Kau sadar kalau hidupmu sekarang dalam bahaya, dan sepenuhnya berada di tanganku, tetapi kau malah memikirkan soal kalung? Fantastis Jinchuuriki, benar-benar--" kata-kata Sasori terpotong karena Sayaka baru saja menonjoknya, "Kenapa kau lakukan itu?" tanya Sasori dalam nada berbahaya, "Kalung itu, lebih berharga dari hidupku," jawab Sayaka dingin. Sasori diam saja dan berjalan keluar, "Hei!", "Lepas!" bentak Sasori mendorong Sayaka menjauh dengan ekornya hingga menabrak tempat tidur, "Wuah!" seru Sayaka terjatuh. Sayaka mendarat di lututnya, yang terasa ngilu, dia melempar pandang dingin ke Sasori.Lalu tiba-tiba saja Sayaka merasakan sakit yang luar biasa dipinggang sebelah kiri. Lukanya sudah diobati oleh Sasori, sayangnya, begitu banyak gerakan yang dia lakukan membuat luka itu terbuka dan mengeluarkan darah. “Sakit sekali, obat-obatanku kutinggalkan di Suna, aku tidak boleh membiarkan dia tahu kalau aku ninja medis” pikir Sayaka, keringat mengucur dari dahinya, “Aduh…” Sayaka mengerang kecil. “Lukamu terbuka” kata Sasori. (biasanya bijuu bakal nyembuhin luka jinchuurikinya, tapi hachibi lain, klo dia ngerasa jinchuurikinya bisa bertahan, dia males nyembuhin di cerita ini) Sayaka diam saja, Sasori membuka laci meja disamping tempat tidurnya dan mengambil obat-obatan.
“Berbaring” katanya, Sayaka menurut, masih memegangi perutnya, darahnya mulai merembes ke baju. Hal tak terduga terjadi, Sasori keluar dari boneka hiruko, menunjukkan wajah tampan, mata berwarna coklat, dan rambut merah yang membingkai wajahnya, membuat orang (?) ini semakin terlihat tampan. Dia menyingkirkan tangan Sayaka, lalu mengangkat baju Sayaka (Cuma separo, di daerah luka doang, gak usah mikir yang macem2 -,-). Sayaka duduk ketika Sasori membuka perban yang membungkus perut Sayaka dengan hati-hati dan lembut. Sayaka terkejut karena Sasori sangat hati-hati walaupun sebenarnya jika Sayaka terluka, walaupun dia tidak mati, tak ada urusannya dengan Sasori, dan lukanya sebenarnya tidak akan membuatnya mati.
Saat semua perban sudah dilepas Sayaka kembali berbaring, tubuhnya gemetar kecil ketika Sasori tak sengaja menyentuh perutnya, Sasori tampak tak peduli, dia memeriksa luka Sayaka, “Dasar serampangan, untung tidak terlalu parah, setidaknya lebih baik daripada saat pertama aku mengobatimu, kau seharusnya tidak banyak bergerak, dasar bodoh,” gerutunya, ‘Wow, suaranya sangat beda’ pikir Sayaka. Sasori kemudian mengambil obat dan mengobati lukanya, “Sudah selesai duduk lagi, tahan bajumu sambil menghadapku biar kupasang perbannya” katanya tanpa emosi, Sayaka melakukan apa yang disuruh, "Kalung ini, kenapa kau sepertinya heboh sekali soal itu?" tanya Sasori, "Kalung itu peninggalan orangtuaku," dengus Sayaka sebal, "...Sudahlah, tak usah rewel, kalungmu itu juga kusimpan kok," desah Sasori lelah, "Selesai, nah, kau jangan banyak gerak lagi, nanti terbuka, kalau terbuka lagi, aku tak mau mengobati," ancam Sasori, "Huh," dengus Sayaka jengkel.
~Konoha's POV~
“Naruto!” seru Sakura berlari memanggilnya. “Sakura-Chan? Ada apa?” jawab Naruto. “Kau lihat Sayaka? Dia belum kembali ya?” tanya Sakura, “Sayaka-Chan? Tidak, sepertinya dia belum kembali, apa misinya sulit ya?” tanya Naruto. “Entahlah, tapi, kalau seorang diri sih, biasanya tidak sulit kan?” kata Sakura, “Mana aku tahu” gumam Naruto, Sakura tampak jengkel. “Kuharap Sayaka-Chan baik-baik saja, perasaanku tidak enak” desah Naruto, Sakura mengerjap lalu memaksa diri untuk tertawa, “Ahahah, Naruto! Sayaka pasti baik-baik saja, dia kan kuat” kata Sakura, Naruto tampak berpikir lalu tersenyum, “Iya ya, aku saja yang terlalu khawatir” kata Naruto. “Ya sudah, aku mau makan ramen, daah Sakura-Chan!” kata Naruto melambaikan tangan sambil nyengir. “Daah!” balas Sakura, berjalan menuju arah yang berlawanan.
~Sayaka's POV~
~Sayaka's POV~
Sayaka menatap keluar jendela, merana, memperhatikan bulan dan bintang yang bersinar terang, seolah mengejeknya. Sayaka mendesah, mengusap lukanya. Sasori lalu masuk ke kamar sambil membawa kasur (futon). Mereka saling tatap selama beberapa detik, kemudian Sasori berpaling, “Aku tidur di bawah, mestinya sih kau, tapi karena Deidara bodoh itu, kau masih luka, jadi harus tidur di tempat tidur” katanya, Sayaka mendesah, “Semua ini karena kau tidak ingin aku kabur?” tanyanya tak percaya. Sasori mengangkat bahu, diam saja. Sayaka merasa agak jengkel.
Setelah siap merapikan kasur, dia membuka lemari, mengambil beberapa baju, melemparnya ke Sayaka. Sayaka melempar pandangan bertanya. “Ganti baju, bajumu kena darah, dari kemarin kau pakai baju itu” katanya tetap tanpa emosi. Sayaka menaikkan alis, “Dan kenapa aku harus memakai bajumu?” tanyanya, “Sudah kubilang, aku harus menjagamu, dan merawatmu selama seminggu walaupun aku tak mau, lagipula aku tidak akan memakai baju itu lagi, paling nanti kubuang” jawabnya. “Ini orang benar-benar menjengkelkan” pikir Sayaka sebal, “Dimana kamar mandinya? Biar aku ganti baju” tanyanya. “Disitu” jawab Sasori menunjuk ke pintu di dekat tempat tidur.
Sayaka memutar bola mata dan masuk. “Ya ampun, menyebalkan sekali sih dia?” dengus Sayaka jengkel. “Tapi, aneh, kenapa tiap aku melihatnya, aku seperti teringat pada sesuatu, tapi aku tak tahu apa, lalu, perasaan sakit di dada dan kepalaku ini… kenapa ya?” pikirnya. “Oi, jangan lama-lama disitu, cepat tidur, aku mau mematikan lampu, aku ngantuk” desis Sasori dari luar. Sayaka kesal lalu menendang pelan pintu, “Berisik, sabar!” semprotnya, “Tch, biarkan sajalah” gumamnya, sambil memakai pakaian Sasori yang benar-benar kebesaran, Sayaka keluar.
“H—Kenapa kau tidak pakai celana?” tanya Sasori. “Bodoh! Ukuran pinggangmu lebih besar dari padaku, celanamu melorot kalau kupakai” kata Sayaka, “Tch, dasar” balas Sasori. “Kenapa sih? Bajumu panjang kok! Cuma 10 senti dari lutut, memangnya aku akan melompat-lompat dan buka baju saat tidur?” tanya Sayaka pedas, “Cerewet!” balas Sasori. Sayaka sudah mengambil bantal, dia berhasil walaupun dengan susah payah, untuk tidak melemparkan bantal itu ke Sasori. “… Terserah … aku mau tidur” kata Sayaka kesal. “Bagus, selamat tidur kalau begitu!” kata Sasori agak menyengat, “Ya terimakasih karena sudah mengucapkan selamat tidur, selamat tidur juga!” balas Sayaka pedas dan mencemooh. Untungnya, kata-kata pedas yang saling mereka lontarkan satu sama lain tidak menimbulkan pertengkaran. Mereka lalu tidur dengan kesal, marah, dan canggung dicampur aduk menjadi satu (diminum deh haha).
~Konoha's POV~
~Konoha's POV~
“Apa?! Lokasi Gaara sudah ketemu?” tanya Tsunade, “Ya” jawab seorang ANBU, “Apakah Sayaka ada disitu?” tanya Tsunade, “Entahlah, kami tidak melihat Sayaka-Hime, kami hanya melihat mereka, mengambil Shukaku dari Gaara, tapi kami rasa, Sayaka mungkin berikutnya” jawab ANBU yang lain. Tsunade tampak benar-benar cemas, “Baiklah, kalian boleh pergi” kata Tsunade.
“Naruto! Sakura!” panggil Shizune. “Ah, Shizune-Sama!” seru Sakura, “Ada apa, Shizune-Neesan?” tanya Naruto. “Tsunade-Sama punya misi untuk kalian” kata Shizune, dilihat dari ekspresi wajah Shizune, mereka tahu kalau misi ini penting, mereka bergegas ke tempat Hokage. “Tapi, Shizune-Sama, Sayaka kan belum kembali” kata Sakura, “Nanti dijelaskan, pokoknya Kakashi, Tsukina-Sama dan Tsunade-Sama menunggu kalian” kata Shizune. “Ba-baik” kata Naruto dan Sakura bersamaan.
Sesampainya disana Tsunade, Kakashi, Tsukina dan Tim Gai sudah berkumpul, wajah mereka tampak sedih dan khawatir, Tsunade menatap mereka, “Baiklah kalian berdua sudah disini” kata Tsunade, “Sebenarnya ini ada apa? Mana Sayaka-Chan? Masa kita mengerjakan misi ini tanpa Sayaka-Chan?” Naruto mencecar Tsunade dengan pertanyaan. Tsunade tampak sedih. “Naruto! Diam dulu, aku yakin Tsunade-Sama dan Tsukina-Sama punya penjelasan” kata Sakura. Tsunade dan Tsukina menarik napas, Kakashi tampak cemas. “Justru misi yang kuberikan adalah untuk menyelamatkan Sayaka” kata Tsunade berat.
“A-apa?!” tanya Sakura dan Naruto bersamaan, tampak shock. “Kenapa? Apa yang terjadi pada Sayaka-Chan?” tanya Naruto. “Biar aku yang jelaskan” kata Tsukina. “Apa? Apa yang terjadi—“ “Naruto! Diam!” kata Tsukina memotong perkataan Naruto. Sejenak Tsukina tampak menguatkan diri lalu berkata, “Sayaka dan Gaara ditangkap Akatsuki ketika Sayaka di Sunagakure”. Hening, wajah Sakura kaget dan shock, Naruto, tampak tak percaya, di dalam dirinya sesuatu seperti jatuh ke dalam bumi, meninggalkannya. Tak ada yang bicara, keduanya tampak terlalu kaget untuk bicara. “S-Sayaka-Chan… dan… Gaara…” Naruto tampak tak sanggup mengatakan apa-apa, kaget. “BOHONG!” teriak Naruto tiba-tiba, “Tidak… tidak mungkin! Sayaka-Chan kuat! Dia… dia teman baikku, aku kenal dia... dia sudah seperti adikku sendiri… dia tidak akan…” Naruto tidak sanggup melanjutkan kata-katanya, “Naruto…” Lee berusaha menghibur tapi Naruto hanya menatapnya, tidak memerlukan penghiburan, sehingga Lee tidak melanjutkan ucapannya. “Umm… boleh kami tahu bagaimana persisnya kejadiannya?” tanya Sakura tampak terpukul. “Biar kuceritakan, ini sepenuhnya salahku” kata Kari, “Kari-Sama tolong jangan salahkan diri anda” kata Tsukina, Kari lalu menceritakan apa yang terjadi.
“Jadi begitulah kejadiannya, ini salahku… aku benar-benar minta maaf” kata Kari mengakhiri ceritanya. Naruto jatuh berlutut, Sakura tampak ketakutan. “Ini salahku, Kari, kalau aku tahu kalau Akatsuki sedang mengincar Gaara, Sayaka pasti tidak akan kesana, dan semua ini tak mungkin terjadi” kata Tsunade. “Tsunade, kau harus positif, walau tak ada kabar dari Gaara dan Sayaka bukan berarti mereka sudah…” Gai tidak melanjutkan kata-katanya, “Kita harus yakin kalau mereka selamat” kata Neji. Naruto bangkit perlahan-lahan, wajahnya berubah serius, dan suaranya mantap, “Kita tak boleh buang-buang waktu disini, ayo, kita pergi” katanya.
~Sayaka's POV~
~Sayaka's POV~
Sayaka terbangun dengan tusukan di dahinya, “Oi, bangun” kata Sasori, menusuk-nusuk dahi Sayaka dengan tangannya, “Hmh” gerutu Sayaka merayap keluat dari tempat tidur, “Apa?” tanya Sayaka galak ketika Sasori terus memperhatikannya. Sasori hanya mengangkat bahu. Sayaka memutar bola mata, kemudian melangkah menuju kamar mandi. Belum beberapa langkah, Sasori tiba-tiba menarik tangannya dan menghimpit Sayaka kedinding dengan tubuhnya, satu tangan menutup mulutnya, entah karena refleks, atau takut, Sayaka melingkarkan tangannya disekeliling badan dan pungung Sasori (yaa, posisi meluk gitu deh). “Ciiit” Sayaka hampir terlonjak, “Cuma tupai, bikin kaget” desah Sasori, “Um…” gumam Sasori menatap Sayaka, “Oh, maaf” kata Sayaka buru-buru melepaskan tangannya dan berlari kekamar mandi, meninggalkan Sasori menatapnya dengan wajah penuh tanya, ‘Kenapa rasanya hangat? Bukannya aku sudah tidak dapat merasakan apa-apa, perasaan apa ini?’ pikir Sasori.
Sore itu cerah, luka Sayaka mulai sembuh, berkat perawatan Sasori. Sekarang dia di kamar Sasori, menerawang keluar, mengawasi pohon-pohon yang bergerak tertiup angin. Sasori datang ke kamar membawa semangkuk sup miso. “Nih, makan” katanya acuh tak acuh. “Hmm” balasnya tanpa memandang Sasori mengambil sup itu dari tangannya. “Cuci sendiri nanti, aku sudah capek bolak-balik cuci piring” katanya, masih menyengat. Keduanya, walaupun sudah tidak saling bertengkar atau saling bentak, masih melontarkan kata-kata pedas dan menyengat satu sama lain. 2 hari dirumah Sasori, Sayaka sudah sangat bosan disitu, Sasori meninggalkannya HANYA ketika dia ke kamar mandi (untuk berbagai macam urusan yang hanya untuk perempuan), mengambil makan, dan cuci piring (krn Sasori boneka, gue gak berpikir dia mandi, tapi Sayaka masih bingung kenapa Sasori gak mandi, dia belon tau klo Sasori itu boneka). Tapi setidaknya, kalau kata-kata menyengat Sasori tidak dihitung, perlakuan Sasori terhadap Sayaka cukup baik -untuk anggota Akatsuki- setidaknya Sasori memperlakukan Sayaka seperti manusia, tidak ada tindakan kasar, kecuali saat Sasori membekap Sayaka, pengecualian tadi pagi, karena Sasori mengira ada penyusup.
Esok paginya, Sayaka terbangun dengan sinar hangat matahari menyinari wajahnya, “Bangun anak malas” kata Sasori, “Ck” Sayaka mendecak kesal, “Hari ini aku akan diapain lagi? Apa Gaara masih hidup?” tanya Sayaka, “Cerewet, tutup mulut” “Aku hanya bertanya” “Pertanyaanmu mengganggu”. Sayaka mendesah dan memutar bola mata, “Sesukamulah” katanya sebal.
~Naruto and the others POV~
~Naruto and the others POV~
“Sunagakure saat malam…” kata Sakura, melayangkan pandangan ke desa berpasir itu, “Apakah Sayaka-Chan pernah melihat ini juga?” tanya Naruto, wajahnya sangat sedih, dalam hati Naruto merasa sangat marah pada Akatsuki. Sakura baru saja mengobati Kankurou (Di cerita ini, Sasori nyerang Kankurou pas Sayaka en Gaara ud ketangkep). Sekarang mereka duduk di atap tempat Kazekage, mereka beristirahat semalam disitu dan besok paginya bersama Chiyo-BaaSama pergi menyelamatkan Sayaka dan Gaara. “Kalian disini?” tanya TenTen. “TenTen ada apa?” tanya Sakura, “Kakashi-Sensei menyuruh kita semua tidur” jawab TenTen. “Tidur? Tidur disaat Sayaka-Chan dan Gaara dalam bahaya?” Naruto bertanya, yang membuat TenTen tersinggung. “Dengar, aku memang tidak begitu dekat dengan Sayaka, tapi, kalau kita mau menyelamatkan Sayaka dan Gaara, kita juga perlu kesehatan yang prima, bagaimana kalau nanti ada musuh? Kalau kita kelelahan, kita tidak akan bisa menyelamatkan mereka” hibur TenTen. Sakura tersenyum, “Dia benar, Naruto” kata Sakura lembut, Naruto diam sejenak lalu mengatakan dengan hampa, “Ya” kata Naruto.
~Sayaka's POV~
~Sayaka's POV~
Sayaka tiba-tiba terbangun saat tengah malam, dia perlahan-lahan duduk. “Kubilang kan tidur” kata suara malas yang sudah dia kenal, namun tetap saja, membuatnya terlonjak. Sasori menatapnya, dia duduk bersandar di ambang jendela (posisi : t4 tidur, tembok-jendela), “Aku tidak bisa tidur” kata Sayaka. Sasori terus menatapnya, cara menatapnya seperti dia bisa melihat apa yang ada di dalam pikirannya, seperti menembus dirinya, dan -walaupun Sayaka benci mengakuinya- membuatnya mengkeret. “Jangan menatapku seperti itu” kata Sayaka, Sasori tidak mengacuhkannya, terus menatapnya. “Tolong?” kata Sayaka, Sasori menatapnya lebih tajam selama 5 detik, lalu menatap ke langit, “Kenapa?” tanyanya, Sayaka diam, menunggu. Sasori melanjutkan, “Memangnya kenapa kalau aku menatapmu seperti itu?”, Sayaka melempar pandang pada Sasori, lalu menjawab, “Kau membuatku takut”. Sasori tidak tertawa, hanya mendesah.
Sayaka merangkak ke arah jendela, lalu duduk juga di jendela, berhadapan dengan Sasori. Sasori masih memakai baju Akatsuki, (gak di dilm hiruko) Sayaka memakai baju Sasori dan celana ninjanya, tertutupi oleh baju Sasori yang panjang. “Hei, Sasori-San” panggil Sayaka, “Hmm” Sasori menjawab menatap keluar sementara Sayaka menatapnya tajam, “Sejak pertama kali melihat wajah aslimu, ada yang ingin kutanyakan” kata Sayaka. Sasori menatapnya, menunggu. Sayaka mengembuskan napas, lalu bertanya, “Bukannya kau meninggalkan Sunagakure 10 tahun yang lalu, tapi… kenapa wajahmu sangat muda?”. Sasori menatapnya dan menjawab dingin, “Aku tidak akan memberitahumu”, “Oh, baiklah, aku tidak memaksa” balas Sayaka kalem sambil mengangkat bahu. “Paling dia pakai jurus awet muda (gw gak tau nama jurusnya apa?)” pikir Sayaka.
Hening selama beberapa saat Sasori berkata, “Apa kau bahagia?”, “Maksudmu?” tanya Sayaka tak mengerti. “Apa kau bahagia hidup menjadi dirimu?” tanya Sasori. Sayaka tersenyum kecil, menatap kakinya lalu berkata, “Yah… kau boleh bilang ya, boleh bilang tidak.” Sasori mengangkat sebelah alis, “Apa maksudmu?” dia bertanya. “Yah, kadang aku tidak suka diriku, monster yang ada ditubuhku, hal-hal buruk yang terjadi padaku, dan juga, Konoha”, Sasori menaikkan sebelah alis, “Kau tidak suka Konoha?” tanyanya. “Yah…” jawab Sayaka tersenyum sedih. “Kenapa kau tidak menyukai Konoha?” dia bertanya, Sayaka memberinya pandangan menilai, menarik napas, lalu berkata, “Berjanjilah padaku kau tidak akan memberi tahu siapa-siapa kenapa”, Sasori memandangnya sebentar lalu mengangguk. Sayaka menarik napas dan mulai bercerita.
“Aku tidak berasal dari Konoha, aku berasal dari Kirigakure, pada saat aku lahir, orangtuaku sedang berada di Konoha, aku tak ingat mereka melakukan apa, tapi saat aku lahir, itulah hari dimana Hachibi menyerang Konoha, tolong jangan menyela -kata Sayaka saat Sasori ingin bicara- Hachibi disegel ditubuhku, orang tuaku pulang ke Kirigakure, 1 tahun kemudian, pecah perang, dan…” Sayaka menarik napas menguatkan diri, “Orang tuaku tewas dalam misi, saat berumur 4 tahun aku bertanya soal orang tuaku pada bibiku dan kakakku (bukan Tsunade), bibiku bilang mereka sedang ada misi, aku tak percaya, ‘misi apa yang memakan waktu 3 tahun?’ aku bertanya, bibiku menjawab, ‘Oh, mereka sedang meneliti sesuatu, jadi belum kembali, sabar, tak lama lagi mereka pasti kembali’ kata bibiku, berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan aku menunggu, suatu hari kakakku sakit parah tidak bisa disembuhkan dia akhirnya mati, aku masih menunggu orangtuaku, akhirnya aku sadar, kalau orang tuaku… tak akan kembali lalu suatu hari, aku tanpa sengaja mendengar percakapan bibiku dengan sahabat baiknya, dia bilang yang membunuh orang tuaku adalah…” Sayaka menghela napas berat, “Konoha’s White Fang” suaranya bergetar ketika mengatakan itu.
Sayaka menunduk, menghindari tatapan Sasori. Sasori terus menatapnya tanpa emosi, perasaan, atau ekspresi. Sasori kemudian bertanya, “Pernahkah kau membayangkan untuk menjatuhkan atau menghancurkan Konoha?”. Mata Sayaka melebar, dia masih menghindari tatapan Sasori, tertawa kecil ketika dia menjawab, “Walaupun aku benci Konoha’s White Fang, aku tidak pernah dan tak akan memikirkan untuk menjatuhkan Konoha hanya karena 1 orang, sebab, disanalah aku memiliki sahabat sejati”. Sasori memberinya pandangan tak-usah-sok-baik. Sayaka mengabaikan ini, “5 tahun hidup di Kirigakure, tidak ada yang mau berteman denganku, tapi…, di Konoha, walaupun sedikit, aku memiliki teman, dan sekarang, aku punya banyak teman, walau aku selalu pendiam, disanalah aku belajar kehangatan seorang teman, dan bahkan, perlahan-lahan aku mencintai Konohagakure” kata Sayaka lagi, didalam kepalanya muncul wajah Hinata, Naruto, Sakura dan yang lain.
Mata Sasori menyipit memandangnya, “Walaupun beragam, cara berpikir orang baik, selalu sama, mencintai ini, itu, lucu sekali” kata Sasori. “Tidak, tidak lucu, kau tak akan mengerti” tukas Sayaka jengkel, “Lalu kau mau apa? Mengajariku agar mengerti?” cemooh Sasori. “Terserah! Aku seharusnya tidak menceritakan hal ini padamu, aku yang bodoh, berpikir kau mungkin bisa sedikit mengerti!” kata Sayaka panas. Sasori tertawa melecehkan, “AKU ini penjahat, dan KAU mengharap aku mau mengerti hal macam itu?” katanya. Sayaka melempar pandangan menghina. “Sesukamulah” kata Sayaka, dia sudah sangat marah. Sasori menatapnya, “Diam saja deh, aku tak perlu diajari anak kecil” katanya dingin. “Tak usah mengaturku, kau bukan siapa-siapa, bukan orangtuaku!” sembur Sayaka. Sasori terdiam, dia memandangnya, tatapannya dingin. Jari-jarinya bergerak.
Sayaka melihat jari-jari Sasori bergerak, seketika itu juga tubuh Sayaka bergerak diluar kendali, Sayaka mencoba berhenti namun tidak bisa. Sasori disana mengontrolnya dengan chakra, membuat Sayaka berjalan ke tempat tidur. “Lepaskan aku” kata Sayaka, suaranya rendah dan mengancam, tapi Sasori mengontrolnya hingga berbaring, lalu Sasori berkata “Tutup mulut” kemudian melepaskan chakranya.
~Naruto's POV~
~Naruto's POV~
Pagi itu cerah di Sunagakure, matahari menyinari seluruh bagian-bagian Sunagakure. Tampak sekumpulan orang berjalan menuju perbatasan desa, 7 shinobi Konoha, 1 nenek tua, beberapa shinobi Suna. “Baiklah! Kami pergi dulu ya!” seru Naruto, walaupun masih khawatir, perasaannya membaik. “Jangan khawatir, Sayaka dan Gaara, kami akan menyelamatkan mereka!” kata Gai mengacungkan jempolnya, “Terima kasih, sekarang aku juga akan berangkat, tim tambahan” kata Temari memaksakan diri tersenyum, dibelakangnya 4-5 shinobi tersenyum, kendati kelihatan dipaksakan.
Mereka pun lalu berangkat. Perjalanan ditempuh, tim Gai dan tim Kakashi menggunakan jalur berbeda, selama diperjalanan, Chiyo-BaaSama menceritakan tentang sebuah ramalan. “Jadi, sebenarnya, ramalan ini tentang apa?” tanya Sakura, “Ini ramalan tua, aku mengetahuinya dari Kazekage pertama, dia bilang, ‘Akan ada seorang ahli kugutsu yang luar biasa jenius, dia hidup dalam kesedihan karena orangtuanya meninggal, diurus oleh salah satu anggota keluarganya, dibenci oleh kakaknya, hidupnya diselimuti kesedihan..” jawab Chiyo-BaaSama, dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “ ‘Akhirnya suatu hari, si Ahli Kugutsu akan bertemu dengan seorang gadis, mereka akan bertarung, si gadis menang, membawa si Ahli Kugutsu ke jalan yang benar’” kata Chiyo mengakhiri ramalan. “Jadi apa maksud ramalan itu, Chiyo-BaaSama?” tanya Sakura, tak mengerti, “Awalnya aku juga tak mengerti, tapi saat aku mengerti itu sudah terlambat” jawab Chiyo. “Apa maksudnya?” tanya Naruto, Chiyo mendesah, “Aku sadar kalau si Ahli Kugutsu dalam ramalan itu adalah Sasori, cucuku.” Naruto, Sakura, dan Kakashi tampak kaget, “Jadi, kalau dilihat, Sasori menjadi jahat sudah terjadi, cukup bukti kalau ramalan itu mungkin benar, tapi kalau memang ramalan itu benar, siapa gadis yang akan membawanya ke kebaikan?” tanya Sakura skeptis, berpikir. “Kazekage pertama bilang, gadis ini, sangat kuat, sangat cantik, dengan rambut merah panjang, dan mata biru gelap” jawab Chiyo, “Mirip Sayaka-Chan” gumam Naruto. “Tak mungkin, kalau memang Sayaka, Sasori pasti sudah kalah” tukas Sakura, “Sayaka? Aku pernah bertemu dengannya saat di Suna, yah, dia memang mirip dengan ciri-ciri si gadis, dia baik sekali, terutama pada Gaara” kata Chiyo. Keempat orang itu lalu mempercepat perjalanan mereka, berusaha untuk tidak memikirkan yang terburuk, berusaha memikirkan kalau orang yang mereka kasihi baik-baik saja.
Perjalanan melelahkan sudah ditempuh, Naruto, Sakura, Kakashi, dan Chiyo sampai di markas Akatsuki, yang dikatakan sebagai lokasi dimana Gaara dan Sayaka berada. Disana Tim Gai sudah menunggu. “Neji menemukan segel 4 penjuru untuk pengamanan, kami menunggu kalian untuk langkah berikutnya” kata Gai, “Baiklah, tolong cabut segel itu” kata Kakashi, “Baik” kata tim Gai. “Semoga beruntung, Naruto” kata Lee, “Iya” balas Naruto.
“Baik, segel 4 penjuru sudah dicabut, persoalannya, batu ini” kata Kakashi, “Tidak apa-apa, walaupun 2 x lebih lemah, tapi kurasa 3 pukulan cukup” kata Sakura. “3 pukulan?” tanya Naruto, “Oh, Tsukina pasti juga mengajarkan pukulan hebat itu kan?” tanya Kakashi, “Iya, tolong mundur semua” kata Sakura, lalu mulai menonjok batu itu, 1, 2, 3 DRUAAAAKKK batu itu hancur, Naruto, Sakura, Kakashi dan Chiyo masuk kedalam.
“Wah…wah… 4 tikus mencari bahaya hm” kata Deidara, menyeringai melihat mereka. “Berisik! Serahkan Gaara dan Sayaka-Chan!” seru Naruto, “Tidak mendengarkan, langsung berteriak dan menyerang, persis apa kata Itachi, berarti, kau si Jinchuuriki ekor 9 ya hm?” Deidara tak mengacuhkan Naruto. Naruto melihat Gaara, “HEI GAARA! JANGAN TIDUR SAJA DISITU! BANGUN!” teriak Naruto kesal, “Naruto! Kau seharusnya tahu..” kata Kakashi. Naruto terdiam, “Ya, anak kecil, Gaara sudah mati hm” kata Deidara tersenyum mengejek. Naruto benar-benar marah, “MANA SAYAKA-CHAN?!” teriaknya, “Oh, si rambut merah yang menyebalkan itu? Dia bersama Sasori no Danna, kau beruntung, karena seluruh Akatsuki harus beristirahat dulu sebelum mengambil Hachibi dari gadis—“ “Deidara! Mulut besarmu itu tak bisa diam?” Sasori memotong perkataan Deidara.
“Maaf, Danna hm” kata Deidara sopan, “Danna, jangan marah, tapi, izinkan aku untuk menangkap jinchuuriki itu hm” kata Deidara, tersenyum jahat, “Kau? Dengan tanah liat tak berguna itu?” cemooh Sasori, “Ah, clayku adalah benih dari karya seni sejati, Sasori no Danna hm” kata Deidara, “Deidara, kau benar-benar ingin membuatku marah?” Sasori menggeram, “Tak ada maksud begitu hm” jawab Deidara, “Seni yang sejati, adalah seni yang hanya hidup sebentar, yang hanya bertahan selama beberapa detik hm” jelas Deidara. “Anak bodoh, itu yang kau sebut seni?” tanya Sasori melecehkan. Sakura tampak heran, “Apa ini? Mereka itu kenapa?” tanyanya. “Berhenti bicara dan serahkan Sayaka dan Gaara!” bentak Naruto melemparkan kunai. Yang ditangkis oleh sesuatu yan seperti ekor dari belakang Sasori, tanpa melihat. “Seni yang sejati, bertahan lama, selamanya, tidak akan rusak” jelas Sasori seolah dia yang memenangkan argumen itu. “Dia dapat menangkis kunai-kunai itu, tanpa melihat?” tanya Sakura ngeri sekaligus heran.
SINGKAT CERITA! Deidara kemudian membawa Gaara pergi, diikuti oleh Naruto dan Kakashi, Sakura dan Chiyo melawan Sasori. Waktu demi waktu lewat, sampai akhirnya…. BRUAK, Hiruko hancur (hehe, abis males ngetik panjang2), Sasori melompat keluar, sambil menggendong seseorang ditangannya, orang itu tampaknya pingsan. Sakura mengenali rambut merah panjang yang digerai itu, dan terbelalak melihat orang itu,
“SAYAKA!” teriak Sakura, tetapi Sayaka diam saja, matanya tertutup .
To be continued









0 komentar:
Post a Comment