Recap: Sasori dibangkitkan, lalu Sayaka dan yang lain pulang ke Konoha
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sudah beberapa hari sejak kepulangannya dari Sunagakure, Sayaka dimarahi oleh Tsunade karena kecerobohannya, juga karena dia tidak bertanya pada Tsunade dulu soal membangkitkan Sasori. Tetapi semuanya hanya menjadi angin lalu bagi Sayaka. Dia sangat bahagia, boleh dibilang begitu. Bahkan Sasori dan Kankurou memutuskan untuk mengajarkan Sayaka soal kugutsu, dan mereka ingin Sayaka menjadi ahli boneka.
Tentu saja dia sudah berkompromi dengan Tsunade soal ini, dan Tsunade menganggap hal ini baik, tapi karena hal ini, Sayaka bolak-balik ke desa Suna, Sasori tidak dapat datang ke Konoha karena masa hukumannya 6 bulan, dan selama 6 bulan Sasori tidak diperbolehkan meninggalkan desa Suna, dan dia dipekerjakan sebagai penjaga penjara, Sasori tidak banyak protes soal ini.
Kankurou, tidak bisa datang ke Konoha karena dia harus membantu Gaara dengan sejibun pekerjaannya, tidak mengherankan karena Gaara adalah Kazekage, dan memimpin sebuah desa besar seperti Sunagakure, bukanlah hal yang gampang. Kendati pun harus bolak-balik Sayaka tidak pernah protes. Hari-harinya berlangsung dengan damai, dengan sejibun misi yang harus dilakukan, tentu saja dia adalah chuunin, bertanggung jawab dengan banyak misi, belum lagi dia adalah keponakan Hokage, dan dia adalah ninja medis, dan perpustakaannya yang semakin lama jarang dia urus, kebanyakan diurus oleh Shiho.
Namun ada saja hal yang terus mengganggu pikirannya, tentang Sasuke, Akatsuki, belum lagi janjinya pada Sasori, dia bekerja ekstra keras untuk menemukan ramuan yang dapat mengubah sesuatu menjadi manusia, atau berbentuk manusia, setiap ada waktu, selain berlatih kugutsu, dia juga membaca ribuan buku tentang obat-obatan. Belum lagi rasa sakit kepala tiap melihat Sasori, atau yang ada hubungannya dengan Sunagakure, sakitnya kali ini makin sakit dari yang pertama kali, walaupun tidak parah, dan bahkan kadang cuma sebentar.
Sayaka mendesah ditempat tidurnya, menatap langit-langit, besok tidak ada misi, “Kurasa lebih baik aku bawa buku saja saat ke Suna.” gumamnya tak jelas entah kepada siapa. Merasa capek, Sayaka bergelung ditempat tidur dan tertidur.
“Sayaka-Chan!! Kau akan pergi lagi ke Sunagakure?” tanya Naruto. “Iya,” jawab Sayaka. “Aah, kau ini, ke Sunagakure melulu!” dengus Naruto, “Mau bagaimana lagi Naruto-Kun? Apa aku tinggal di Sunagakure?! Aku juga punya kerjaan disini,” tukas Sayaka kesal. “Tapi kita jadi jarang makan mi ramen bareng!” gerutu Naruto (teman baik ya TEMAN BAIK bukan PACARAN, SUKA OR ANYTHING ELSE). Mau tak mau Sayaka tersenyum mendengar ini, “Ajak Hinata-Chan kek sekali-sekali,” katanya sambil lalu.
“Hinata? Eh… hei! Tunggu! Aah sudah pergi! Dasar!” gerutu Naruto, “Yah, makan ramen sendiri saja deh” keluhnya. Lalu berjalan ke Ichiraku Ramen. “Naruto itu! Ajak Hinata kek sekali-sekali, tapi Hinata bisa-bisa pingsan kalau tahu Naruto mengajaknya makan ramen bersama, aku benar-benar harus membantu Hinata.” desah Sayaka. Perjalanan ke Sunagakure hanya memerlukan waktu 3 hari karena dia mengendarai Kari.
“Hei! Sayaka-Chan!” seru Temari, “Temari-Chan!” kata Sayaka, menyapa teman baiknya dan berjalan menuju Mansion Kazekage. “Sayaka-Chaaan!!!” seru Kankurou, menyapanya, “Halo Kankurou-San!” kata Sayaka nyengir pada Kankurou, dia dan Kankurou mungkin tidak begitu dekat, tapi karena kadang dia membantu dalam latihan kugutsu Sayaka, mereka menjadi dekat. Sayaka senang berada bersama Kankurou, karena humornya yang benar-benar lucu, juga sangat baik. “Kau bolak-balik kesini memangnya tidak capek, Sayaka-Chan?” tanya Gaara dari balik kertas-kertasnya dan buku-buku yang bertumpuk. “Tidak, aku suka Sunagakure,” kata Sayaka tersenyum, “Bagus kalau begitu, yang penting kau tidak mengeluh soal kepanasan.” kata Temari, lalu mereka tertawa, sementara Gaara hanya tersenyum. Sejak Naruto dan yang lain menyelamatkannya, dia jauh lebih mudah tersenyum sekarang.
Lalu pintu terbuka, “Ribut sekali, ada apa sih?” tanya (sasori, temari, kankurou, ama gaara ceritanya tinggal di Mansion Kazekage, terus sasori ama temari, kankurou, gaara jadi sobat baik) seorang lelaki berambut merah. “Hei, Sasori, Sayaka-Chan datang!” kata Kankurou. Sasori dan Sayaka saling menyapa, “Lebih baik kita berlatih sekarang,” kata Sasori, “Kau tidak jaga penjara?” tanya Sayaka, “Tidak, tugas itu kan dijalankan bergilir.” kata Gaara, masih menatap lautan kertas dan buku dihadapannya. “Baiklah, kami pergi ya,” kata Sayaka, “Aku akan ke kantor ANBU, ada sesuatu yang harus kuurus.” kata Temari, “Daah.” katanya.
“Jadi, apakah kau sudah berlatih untuk mengontrol chakramu?” tanya Sasori ketika dia, Sayaka dan Kankurou berada di lapangan latihan. “Sudah,” jawab Sayaka, “Baguslah, karena hanya kau yang bisa melakukannya, karena kau memiliki chakra yang banyak dan Ryaaringan,” kata Sasori lagi (Ok, jadi sayaka itu bisa ngendaliin boneka dan ngemasukin chakranya kedlm boneka jadi bonekanya bisa make jurus bayangan dll. Cuma dia yang bisa karena teknik mata Ryaaringan bisa ngeliat chakra dan mengarahkan chakra, missal: chakranya mo diarahin ke tangan kiri, maka dgn Ryaaringan, chakra diarahkan ke tangan kiri, dan kemampuan ngeliat jarak jauh ato dekat 360 derajat membuat sayaka tidak mudah diserang, petarung jarak jauh, spt ahli kugutsu atau peledak, lemah dlm jarak dekat, ini alasan knp Sasori ngebuat Hiruko, dan mata Ryaaringan bisa ngeliat warna chakra dari elemen apa missal : air-biru, api-oren kemerahan, angin-ijo, tanah-coklat, jadi bisa dibedain, krn pas Ryaaringan mode, pandangan jadi item putih kecuali chakra ^^) “Ya,” jawab Sayaka.
“Nah, kalau kau sudah bisa memasukkan jumlah chakra yang seimbang kepada Sakiko, ayah, dan ibu, sekarang coba ubah chakra itu jadi elemen air” kata Sasori“Baik” kata Sayaka, lalu mengeluarkan 3 scroll, “Tidak usah buru-buru, cobalah dengan satu kugutsu dulu,” kata Kankurou. Sayaka mengangguk, dan mengeluarkan kugutsu Sakiko lalu mulai berkonsentrasi. “Ryaaringan!” mata biru senjanya (dari kamus : twilight = senja ?magrib kali ya?) mulai berubah menjadi biru cemerlang yang mencolok, 3 pantulan cahaya putih membentuk garis yang agak besar mengelilingi pupil (garisnya ke arah pupil, matanya sama sama mata Tsunade tapi warna biru).
Latihannya cukup bagus, pertama kali mencoba dia gagal, mengakibatkan kugutsu Sakiko meledakkan air, Sasori, Kankurou dan dirinya basah kuyup. Kankurou tertawa terbahak-bahak, Sasori kesal tapi tersenyum juga, Sayaka malu. Tapi hey, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda kan? Percobaan kedua mulai berhasil, dan sampai akhirnya percobaan ke4 Sayaka menguasai perubahan chakra elemen air untuk kugutsu.
“Bagus, sekarang istirahat dulu deh, Temari sudah membawakan makanan,” kata Sasori, “Bagus, aku lapar banget,” kata Kankurou. Mereka menyantap makan siang Sukiyaki sambil tertawa-tawa, Gaara dengan ajaib ikut makan siang, biasanya dia diruangannya bekerja dibalik gunungan buku. Kankurou menceritakan bagaimana Sayaka gagal dan membuat mereka basah, membuat Sayaka memukulnya. Mereka semua menertawakan Kankurou, Sayaka merasa sangat senang, dia merasa dibutuhkan, seperti diKonoha.
“Kalian tahu, Sunagakure sudah seperti rumah kedua untukku setelah Konoha,” kata Sayaka setelah mereka tertawa-tawa, “Kau tidak perlu malu untuk datang kesini, kalau kau ingin datang, datanglah, kami akan selalu menerimamu dengan tangan terbuka,” kata Gaara tersenyum. Sayaka nyengir lebar. “Kau sudah banyak berubah, Sayaka-Chan,” kata Temari, Sayaka menaikkan alis, “Yah, dulu kau sangat pendiam, aku senang sekarang kau sudah tidak begitu pendiam lagi,” kata Temari, “Iya, dulu aku sering tidak menyadari kehadiranmu, Sayaka-Chan, karena kau sangan pendiam, tak bersuara.” kata Kankurou mengejek. Sayaka memutar bola mata, “Hnn Terserah,” katanya.
“Yak, ayo, latihan lagi!” kata Sayaka setelah makan, “Lagi? Baiklah ayo,” kata Sasori. Mereka akhirnya berlatih sampai Kankurou memprotes, “Hei! Sudah! Sudah sore nih, matahari sudah terbenam,” “Sudah terbenam? Cepat sekali,” gumam Sayaka, “Cepat? Cepat? Aku dan Sasori sudah melatihmu selama 5 jam!” seru Kankurou. “Kankurou benar, ayo, kita sudahi latihannya, besok juga masih bisa.” kata Sasori, “Iya, iya.” kata Sayaka.
Malam itu bintang-bintang bersinar terang, bulan sabit mengintip dari balik awan, Sayaka dan Temari berbagi ruangan, dan sampai tengah malam, dia belum bisa tidur. Bosan dia merayap keluar futon dan naik ke atap, dia tak tahu kenapa dia pergi ke atap, namun toh dia sudah sampai di atap mansion. Ternyata ada orang disitu, dia berusaha melihat siapa orang itu, “Gaara-Kun?” panggilnya sopan. “Bukan,” jawab suara malas, “Sasori-Danna?” tanyanya sopan (ceritanya, sasori nyuru sayaka manggil dia sasori-danna), “Panggil saja Sasori-Kun, kalau Danna hanya saat latihan,” kata Sasori. “Oh,” katanya, lalu duduk disebelah Sasori. Selama beberapa saat hening, Sayaka akhirnya bertanya, “Kenapa, kau memberikan kugutsu ayah dan ibumu kepadaku?”, Sasori diam sejenak, lalu menjawab, “Aku hanya berpikir, kalau aku menjadi manusia, suatu hari nanti aku pasti mati suatu hari nanti, aku ingin memberikan kugutsu yang kubuat pertama kali kepada penerusku,” Sayaka menatapnya sebentar, ”Begitu..” gumamnya.
“Apa kau selalu begini?” tanya Sasori, “Begini, kenapa?” tanya Sayaka tak mengerti, “Kau sepertinya sering tidak bisa tidur,” kata Sasori, “Yah, hanya kalau ada sesuatu dipikiranku,” kata Sayaka. “Sesuatu dipikiranmu? Boleh aku tahu apa itu?” tanya Sasori sopan. Sayaka angkat bahu, “Entahlah, aku juga bingung, sejak pertama kali bertemu denganmu, maksudku melihat wajahmu, kepalaku jadi suka sakit, tapi rasa sakit itu cepat hilang, pernah sekali, rasanya sakit sekali sampai kepalaku mau pecah, tapi, rasa sakit itu hanya berlangsung 5 detik.” kata Sayaka. Sasori tampak berpikir, “Aneh.” katanya. Lalu mereka mulai berbincang-bincang disitu sampai Sayaka akhirnya mengantuk lalu mengucapkan selamat tidur pada Sasori lalu merayap ke futonnya untuk tidur.
Pagi datang rasanya kelewat cepat, rasanya dia baru tidur beberapa menit, Temari sudah membangunkannya. “Mmmm… da apa?” tanyanya tak jelas, “Bangun putri tidur” canda Temari, “Uhmmm iya iya” gerutu Sayaka lalu mandi. Sarapan mereka sama dengan kemarin, hanya tanpa Gaara, “Yah, pasti banyak yang harus dia lakukan” kata Temari. “Jadi hari ini kita akan melanjutkan latihan kan? Sasori-Kun?” tanya Sayaka, “Iya, begitulah”, “Sayaka-Chan, sepertinya kau hari ini latihan dengan Sasori saja ya?” kata Kankurou “Eh? Kenapa?” tanya Sayaka, “Gaara memintaku untuk membantunya” jelas Kankurou, “Baiklah” kata Sayaka.
Sesampainya di lapangan latihan, Sasori malah mengatakan ada yang dia ingin lakukan dulu, “Oh, memangnya, apa yang mau kau lakukan Sasori-Danna?” tanya Sayaka, “Ikutlah, kau pasti akan senang oh, dan… ini bukan latihan, jadi panggil aku Sasori-Kun” kata Sasori. Bingung tapi penasaran Sayaka akhirnya ikut dengan Sasori, mereka pergi ke perbatasan desa Sunagakure, disitu ada sebuah tembok besar tinggi berwarna putih, dan sebuah gerbang kayu, dia tidak dapat mengintip apa yang ada dibalik situ, “Sasori-Kun, tempat apa ini?” tanya Sayaka. “Sudah, pokoknya kau pasti akan suka” kata Sasori.
Sasori kemudian menyuruh Sayaka untuk menutup matanya, kemudian membuka pintu itu, dia lalu menarik Sayaka masuk, sampai ke sebuah pohon yang semua bunganya berwarna merah menyala ditepi sungai dan dibawah pohon itu terdapat batu karang besar lalu melepaskan tangan Sayaka. “Ummm… Sasori-Kun, boleh aku buka mataku sekarang?” tanya Sayaka, “Ya tentu saja” kata Sasori.
Sayaka membuka matanya dan tercengang, dihadapannya atau tempat dimana dia berada sekarang adalah padang bunga sayaka, padang itu sangat luas, disampingnya, sungai mengalir dengan air yang benar-benar jernih, sepertinya tempat itu dulunya oasis, lalu dihadapannya, pohon sayaka terbesar dipadang itu, berbunga penuh, semuanya sedang menggugurkan bunga-bunganya, kelopak sayaka yang merah, pink, putih, dan biru serasa menghipnotisnya, diKonoha meman banyak yang seperti ini, tapi tidak seindah ini.
“Bagaimana, kau suka?” tanya Sasori, “I-ini… indah sekali Sasori-Kun! Di Konoha memang banyak padang sayaka tapi tidak ada yang seindah ini” jawab Sayaka. “Ini adalah padang bunga sayaka buatan Chiyo-Baa, dia senang sekali menghabiskan waktu disini” kata Sasori tersenyum, “Siapa yang menanam?” tanya Sayaka. “Chiyo-Baa dan aku, aku juga suka bunga Sayaka” kata Sasori. Sayaka tidak bisa tidak senang mendengar perkataan ini. “Bibiku bilang, aku lahir pada saat semua bunga sayaka didesaku bermekaran, makanya orang tuaku menamaiku Sayaka, dan sejak itu aku menyukai bunga sayaka” kata Sayaka sambil memungut sebuah bunga Sayaka (ada sayaka yg pohon kayak sakura, tapi ada juga yg semak2 ^^).
“Oh ya, kau mengajakku kesini sebenarnya mau apa?” tanya Sayaka, “Yah, sebagian menunjukkanmu padang bunga ini, dan sebagian aku ingin memetik bunga untuk Chiyo-Baa, aku ingin mengunjungi makamnya hari ini” kata Sasori, “Oh, begitu” kata Sayaka. “Bolehkah aku ikut denganmu ke makam Chiyo-BaaSama?” tanya Sayaka. Sasori memandangnya sebentar, “Boleh” jawabnya. Mereka lalu mulai mencari mana bunga yang bagus untuk dibawa ke makam Nenek Chiyo.
~Somebody's POV~
“Kalian datang kemari? Ada apa?” tanya Gaara pada Naruto, Sakura, Sai, dan Kakashi, “Ini soal janji Sayaka pada Sasori” kata Kakashi. “Setelah Sayaka pulang dari sini, Sayaka bekerja keras untuk menemukan obat agar Sasori menjadi manusia” kata Sakura. “Tentu saja, Sakura, hokage, Tsukina-Sama dan ninja medis lainnya ikut membantu” kata Kakashi lagi, “Lalu?” tanya Gaara serius. “Berhasil” kata Sakura tersenyum, “Bagaimana?” tanya Gaara, matanya melebar. “Sayaka hebat, sebelum dia pergi, dia menitipkan beberapa bahan obat untukku dan cara-cara meraciknya, dia memintaku, hokage-Sama, dan Shishou, dan juga Shizune-Sama untuk mencoba meraciknya, dan ternyata berhasil” kata Sakura berseri-seri. “Hebat, kalau begitu, lebih baik kita beritahu Sasori” kata Gaara.
~Original POV~
“Kurasa segini sudah cukup, Sasori-Kun” kata Sayaka, memegang sebuket bunga Sayaka merah dan putih, sementara buket bunga yang dipegang Sasori semuanya merah, “Ya, sepertinya cukup” jawab Sasori. Sayaka menunggu Sasori dibawah pohon sayaka tempat mereka pertama berada. Ketika Sasori sudah dekat, kakinya tidak sengaja tersandung sebuah batu, sehingga Sasori jatuh tepat diatas Sayaka, yang kaget setengah mati. Wajah Sayaka merona merah (ya malu lah! Coba ada cowok/cewe jatoh tepat diataslo dan Cuma beberapa senti dari mukalo, merah gak mukalo, buat yg kulit putih, dan karena Sasori boneka, gue pikir, boneka gak bisa merah mukanya).
Dan untuk memperparah keadaan, Naruto, Sai, Sakura, Gaara, Kankurou, Temari, dan Kakashi datang disitu dengan tiba-tiba, “UWAA!! HEI APA YANG KALIAN BERDUA LAKUKAAAN? HEI! MENJAUH DARI SAYAKA-CHAN!” teriak Naruto kaget, “Kalian ini ngapain?!” tanya Temari, Sakura dan Gaara bersamaan dengan wajah kaget, “HAHAHA! WAJAH SAYAKA-CHAN SEPERTI TOMAT!” tawa Kankurou terbahak-bahak, “Ya ampun” desah guru Kakashi. “Ka-kami tidak ngapa-ngapain!” jawab Sasori dan Sayaka, tergagap bersamaan, buru-buru bangun. “Sasori, dan Sayaka? Hmm, kata buku, kalau wajah laki-laki dan perempuan begitu dekat… AH! Apa kalian berdua akan berciuman?” tanya Sai polos. Mendengar ini, Sayaka kaget, malu, dan marah, lalu meninju Sai keras-keras, “MANA MUNGKIN AKU MENCIUMNYA?!! SAI BODOH! TADI SASORI JATUH, MAKANYA JADI SEPERTI ITU! BODOH! BODOH!” teriak Sayaka.
“Memangnya apa yang kalian berdua lakukan disini?” tanya Sakura, “Kami tadi mengumpulkan bunga untuk dibawa ke makam Chiyo-Baa” jawab Sasori kalem. “Berdua?” tuntut Naruto menaikkan sebelah alis, “Naruto-Kun! Apaan sih!” tukas Sayaka kesal, “Hahaha, Sasori dan Sayaka-Chan kencan! Hahahaha!” Kankurou terbahak-bahak, “Kankurou kau berisik!” kata Sayaka berang dan menjitak kepalanya, “A-aduh-aduh! Apaan sih?!” gerutu Kankurou. Temari, Sakura, dan Kakashi geleng-geleng kepala, Sai mengusap-usap pipinya yang merah dan bengkak, Gaara tampak geli.
Setelah insiden itu, hening sebentar, Sasori dan Naruto adu pandangan sengit, Gaara masih tampak geli, Temari mengobati kepala Kankurou, Sakura dan Sai memandang berkeliling, Kakashi tampak seperti tidak ada apa-apa yang terjadi, Sayaka anehnya, tampak salah tingkah, rona merahnya sudah tidak ada tapi pipinya masih terasa panas. “Ehm, jadi ada apa kalian datang kesini?” Sayaka berdehem, membuka pertanyaan, Sakura, yang tampak lega karena adanya pertanyaan, langsung menyambar pertanyaan Sayaka dan menjawab, “Ini soal obat-obatan yang kau titipkan padaku”. Sayaka mengangkat sebelah alis, “Jadi?” tanya Sayaka, Sakura tampak berseri-seri, “Cara-cara yang kau beritahu, berhasil! Sayaka! Berhasil! Kau berhasil membuat sesuatu, yang bahkan belum ada seorang pun didunia ini lakukan!” seru Sakura.
Mata Sayaka melebar, “Maksudnya? Oh! Sakura, ini hebat! Hebat sekali!” seru Sayaka gembira. “Sasori-Kun!” seru Sayaka, Sasori menoleh, “Apa?” tanyanya. “Kami berhasil! Kau! Kau akan menjadi manusia lagi!” serunya, “Ap- benarkah?” tanya Sasori rasanya tak percaya, “Benar! Sakura-Chan yang melakukannya! Dia yang membuat ramuan itu” kata Sayaka berseri-seri. “Aah, bukan aku, kan kau yang memberiku cara meraciknya” kata Sakura, Sayaka tersenyum lebar. “Jadi kapan tepatnya aku bisa berubah menjadi manusia?” tanya Sasori, “Sekarang” jawab Gaara.
Mereka segera bergegas menuju sebuah ruangan yang dari tadi sudah disiapkan Gaara. “Cepat, supaya Sasori bisa menikmati enaknya jadi manusia” canda Naruto, “Tak usah berisik” gumam Sasori, “Hei!” seru Naruto, tersinggung. “Sudah-sudah, jangan berantem, berbaring Sasori-Kun” kata Sayaka, meneliti ramuan buatan Sakura, serta cara-cara penggunaannya, mengangkatnya ke arah lampu, ramuan itu berkilau kehijauan, “Hemm, ternyata memerlukan banyak chakra juga” katanya tak jelas, “Maaf ya, tapi kami tidak bisa menemukan cara lain tanpa menggunakan jumlah chakra yang besar” kata Sakura, “Tenang, chakraku kan banyak” kata Sayaka tersenyum menenangkan.
“Apa? Menggunakan jurus juga? Jadi karena ini harus memakai chakra yang amat banyak?” tanya Sayaka kaget, “Iya, ramuan itu, hanyalah untuk memompa agar semua organ tubuh bekerja, jadi, yang sebenarnya penting adalah jurus itu” kata Sakura cemas, “Siapa yang menemukan jurus ini?” tanya Sayaka, kaget karena tidak pernah mendengar ada jurus yang seperti itu. “Hokage-Sama yang menemukannya, dia tidak sengaja menemukan buku berisi jurus-jurus kuno yang sangat kuat, jujur aku kaget melihatnya, buku itu tersimpan rapi sekali di gudang” jelas Sakura, Sayaka menaikkan alis, “Begitu ya?” katanya sambil meneliti jurus itu.
“Sudah dikonfirmasi oleh Hokage-Sama kalau jurus itu aman” kata Kakashi meyakinkan, Sayaka mendesah, “Baik, baik, ayo segera mulai” kata Sayaka. “Bagus, aku sudah bosan menunggu dari tadi” kata Sasori tak sabar, Sayaka memandangnya kesal selama beberapa detik, kemudian mulai mengikuti petunjuk yang ditulis untuknya, “Hemm… 1, sudah, 2, sudah, 3, sudah, 4… darah dari si pengguna jurus? 5. separo chakra si pengguna jurus? Menyeramkan juga jurus ini” komentarnya, “Ya sudahlah, aku mulai saja sekarang” gumamnya.
Semua persiapan selesai, Sasori meminum 3 tetes dari ramuan itu, lalu Sayaka menggigit jarinya, yang langsung mengucurkan darah, dan mengalirkan chakra ke tangannya dan menekan tangannya kedada Sasori. Tubuh kayu Sasori mulai retak dan hancur menjadi serpihan, kemudian dari tempat Sasori berada, muncul anak bayi, yang mereka yakini sebagai Sasori saat bayi. Mereka mengawasi sementara huruf-huruf dari seal jurus yang diciptakan Sayaka tadi merayapi Sasori, lalu Sasori bertumbuh, dari bayi, balita, anak-anak, sampai dirinya saat berumur 15 tahun. Sesudah itu tak ada lagi yang terjadi, “Apa? Aku masih berbentuk 15 tahun, seharusnya aku 20 sekarang” kata Sasori. “Entahlah, disini katanya, kalau mengubah sesuatu yang dulunya manusia, menjadi manusia kembali, pertumbuhannya akan terhenti dimana saat metabolisme tubuh terhenti” dan ketika Sasori, dan yang lain tampak bingung, Sayaka buru-buru menambahkan, “Begini, Sasori-Kun mengubah dirinya menjadi boneka saat dia berumur 15 tahun, saat dia menjadi boneka, tentu saja metabolisme atau pertumbuhannya terhenti, seperti tidak menua, atau yang lain, maka, jurus ini mengubah Sasori-Kun hanya sampai Sasori-Kun berumur 15 tahun, karena disitulah Sasori-Kun berhenti bertumbuh, lalu tubuh manusia Sasori-Kun melanjutkan pertumbuhan atau metabolisme dari saat dia berumur 15 tahun, jadi boleh dibilang, umur Sasori-Kun 15 tahun, seperti kita” katanya mengakhiri penjelasan panjang lebarnya sambil melirik cemas kearah Sasori.
“Selain itu, disini juga ditulis, jurus dan ramuan ini akan memotong umur orang yang akan diubah kembali menjadi manusia, hitungannya adalah berapa lama metabolisme orang itu terhenti, jadi, umur Sasori-Kun dipotong 5 tahun” kata Sayaka lagi. “Yah, kalau memang begitu” Gaara mendesah, “Kau tidak apa-apa, Sasori?” tanya Kakashi, Sasori tampak tidak beremosi, “Yah, jurus-jurus yang hampir tidak mungkin seperti tadi pasti ada bayarannya” kata Sasori, “Aduuh aku tidak mengerti apa-apa! Apa maksudnya sih?!” tuntut Naruto, kentara sekali kesal. “Nanti kujelaskan” kata Sayaka. Sasori kemudian mencoba untuk berdiri, tapi malah jatuh, mungkin karena belum terbiasa dengan tubuh manusianya, “Kau tidak apa-apa? Jangan banyak bergerak dulu, tubuhmu belum terbiasa dengan tubuh manusiamu” kata Sakura.
Sasori mendesah dan duduk. Tiba-tiba saja Sayaka merasa pusing, segalanya mulai kabur ketika dia mengerjapkan mata beberapa kali, dia mendengar orang-orang memanggil namanya sebelum kegelapan memenuhi pandangannya. “E-eh? Sayaka-Chan? Kau kenapa? Bangun!” seru Naruto melihat Sayaka ambruk, “Kelihatannya terlalu banyak menggunakan chakra, pindahkan saja ke tempat tidur, biar dia istirahat” kata Kakashi. Kemudian mereka memindahkan Sayaka ke kamar Temari, “Wajah Sayaka kalau tidur tenang sekali ya” kata Sakura, “Seperti bayi” kata Naruto, “Sebentar lagi dia pasti bangun” kata Kakashi.
Sementara itu, dikepala Sayaka, -Kau gunakan banyak chakra lagi? Anak bodoh!- damprat Hachibi, -Hei! Aku kan sudah berjanji untuk mengubahnya jadi manusia, Hachibi!- protes Sayaka, -Aaah! Kau ini! Bikin kerjaan saja!- kata Hachibi kesal, -Tapi kau pasti akan menyembuhkanku- kata Sayaka tersenyum licik, -Ohoho, dan kenapa kau berpikir begitu?- tanya Hachibi dalam suara majemuknya, -Karena, aku adalah host-mu, dan kalau aku terluka atau mati, artinya, kau mati juga, atau menjadi lemah, karena kau tidak memiliki host-mu- jawab Sayaka mantap. Hachibi tercengang dengan jawaban Sayaka, tampak kesal, -Baiklah, baiklah! Akan kusembuhkan kau! Dasar anak tak tahu terima kasih!- gerutunya, Sayaka nyengir lebar, -Terima kasih- katanya, masih nyengir, -Jangan sungkan- katanya sarkastik, Sayaka masih nyengir, kemudian chakra hijau menyelubunginya.
“Oh, aku dimana?” tanya Sayaka tak jelas, “Dikamar Temari” jawab sebuah suara yang rasanya samar-samar ditelinga Sayaka. “Huh?” katanya bingung, “Jurus yang kau lakukan tadi menggunakan banyak sekali chakra, jadi kau kelelahan karena chakra yang sedikit” kata suara itu lagi, “Sakura-Chan?” tanyanya, “Hm?” jawab Sakura, “Yang lain dimana?”, “Diluar, kubilang kau perlu ketenangan, walaupun kau bangun cepat seperti yang diperkirakan Kakashi-Sensei”. Sayaka lalu bangkit turun dari tempat tidur, “Kau baik-baik saja kan?” tanya Sakura cemas, “Iya, tenang saja” kata Sayaka tersenyum. Mereka berdua lalu keluar dari kamar Temari, diluar hanya ada Kakashi, Naruto, Sai, dan Sasori.
“Sayaka-Chan! Kau baik-baik saja?!” tanya Naruto khawatir, “Iya, aku baik-baik saja” jawab Sayaka, “Kau yakin?” tanya Kakashi, “Ya, Kakashi-Sensei” jawab Sayaka, “Kalau masih capek, tidur saja, Sayaka” kata Sai dengan senyumnya yang kurang meyakinkan, “Tidak, aku baik-baik saja, Sai” katanya tegas, “Oh dan… Sasori-Kun?” kata Sayaka, “Hmm?” jawabnya, “Setelah ini, kita latihan lagi ya?” katanya. Sasori memandangnya sebentar, “Memangnya kau tidak capek?” tanyanya, “Tidak, aku ingin latihan” kata Sayaka tegas. Sasori memutar bola mata.
Sore itu tidak panas, membuat Sayaka merasa lebih nyaman untuk latihan. Sasori berdehem, “Latihan yang lalu, kau berhasil mengubah chakra di kugutsumu menjadi air” Sayaka mengangguk. “Sekarang, coba kau lakukan hal yang sama untuk chakra listrik” kata Sasori, Sayaka mengangguk lagi, “Baik, Danna”. Latihan kali ini lebih sulit daripada menggunakan chakra air, bahkan Sayaka sempat berubah menjadi hachibi, tentu saja setelah kalah besar dari pertarungan batin antara dia dan hachibi, Kakashi buru-buru menempelkan kertas segel penekan chakra hachibi didahinya. “Bagaimana kalau latihan ini disudahi dulu, Sayaka-Chan?” tanya Sasori, setelah Sayaka hampir ambruk untuk yang ketiga kalinya, kini keduanya terengah sementara yang lain mengawasi dengan khawatir dan waspada. “Ja- tunggu dulu! Apa kau baru saja memanggilku Sayaka-Chan?” tanya Sayaka kaget, Sasori juga tampak kaget akan apa yang diucapkannya, “Maaf” gumamnya pelan, Sayaka tersenyum kecil, “Tidak apa-apa, kau boleh memanggilku Sayaka-Chan kalau kau mau, Sasori-Danna” katanya. Sasori tidak berkata apa-apa. Kelihatannya masih malu atas insiden tadi.
“Sayaka, sudah deh, kau kelihatan sangat lelah” kata Sakura khawatir, “Tidak, aku tidak apa-apa” jawab Sayaka keras kepala, “Sayaka, kalau kau mau melanjutkan latihan, lanjutkan besok, aku sudah meminta Gaara untuk memanggil Yamato, dia tiba besok, dan besok, kau bisa latihan sepuasnya” kata Kakashi sabar. Sayaka tampak kesal, tapi toh, dia berhenti latihan juga, dan kembali ke mansion Kazekage.
Sesampainya disana, Gaara menyambut mereka, “Aku sudah menyiapkan ruangan besar untuk kalian semua” katanya mengangguk ke arah Kakashi, Naruto, Sakura, dan Sai. “Terima kasih banyak” kata Kakashi, “Kalau begitu, aku tidur bersama mereka saja, aku tidak mau merepotkan Temari” kata Sayaka, Gaara mengangguk.
Esoknya, Yamato tiba pada pagi hari dan seperti yang dijanjikan Kakashi, Sayaka berlatih sepuasnya dengan Sasori. 2 kali Hachibi hampir meledak keluar, kalau bukan karena Yamato, mungkin tempat latihan itu sudah hancur lebur sekarang. Akhirnya, setelah beberapa kilometer tanah yang retak, dan beberapa kugutsu yang hancur, Sayaka berhasil menguasai chakra listrik di boneka. “Maaf, Sasori-Danna, kugutsunya” kata Sayaka, “Tak apa-apa, tenang saja” kata Sasori dengan wajah hampa.
Malamnya, Sayaka berjalan dengan baju tidur dressnya yang menyentuh lututnya di lorong yang panjang, bersenandung pelan, sampai sebuah suara mencapai telinganya, itu berasal dari sebuah pintu yang terbuka sedikit, lampunya masih menyala, tapi Sayaka tidak dapat melihat apa yang dia lakukan. “Siapa?” tanya Sasori yang membuat Sayaka hampir terlonjak, “Aku, Sasori-Kun” kata Sayaka, Sasori membuka pintu itu, “Kenapa kau disini? Tidak bisa tidur lagi?” tanyanya, “Belum ngantuk, kepalaku sedikit sakit, tapi yah tak bisa tidur” kata Sayaka, nyengir sedikit, “Kau sedang apa?” tanya Sayaka, “Memperbaiki kugutsu yang rusak” gerutu Sasori, “Maaf” kata Sayaka, “Tak apa-apa” kata Sasori. Hening beberapa saat, akhirnya Sayaka bertanya sopan, “Apakah aku boleh membantu?”, mata Sasori melebar, “Tentu, silahkan” katanya membuka pintu kamarnya untuk mempersilahkan Sayaka masuk.
“Jadi, kenapa kau membantuku?” tanya Sasori membuka percakapan, “Entahlah, kan aneh kalau aku menggunakan kugutsu tapi aku tidak bisa membuat atau memperbaiki satu kugutsu pun” kata Sayaka nyengir, Sasori tertawa kecil. Mereka sekarang sedang memperbaiki sebuah keretakan parah yang besar di pipi kiri sebuah kugutsu, “Perhatikan” kata Sasori lalu mulai memperbaiki keretakan itu, separo. “Giliranmu” kata Sasori, “Um… baiklah” kata Sayaka, mencoba memperbaiki, tapi, lebih sulit daripada yang dia perkirakan, karena kayu-kayu kugutsu harus tahan banting dan kuat, serta harus selalu dijaga agar tidak lapuk, “Begini…” kata Sasori membantunya.
Setelah beberapa menit, keretakan itu akhirnya berhasil ditutup, sekarang, Sasori mulai memperbaiki lengan kugutsu-nya yang terlepas, tapi malah menyerahkannya ke Sayaka, “Eh?” katanya bingung, “Pasang” kata Sasori pendek, “I-iya” katanya, kemudian tiba-tiba saja tangannya bergerak sendiri dan dengan satu gerakan, lengan kugutsu itu kembali sempurna. “Sasori-Kun…” desah Sayaka, “Apa?” tanya Sasori dengan wajah tanpa dosa, “Jangan kontrol aku dengan benang chakramu lagi” katanya, Sasori nyengir. Kemudian mereka memperbaiki kugutsu selanjutnya, lalu, karena sebuah ketidaksengajaan, tangan mereka berdua bersentuhan, tangan Sasori diatas tangan Sayaka, wajah Sayaka sedikit memerah, “Maaf” kata mereka berbarengan, wajah Sayaka makin merah, dia sengaja memalingkan wajah. Sementara itu Sasori: ‘Tangannya hangat, rasanya sangat familiar, oh ya ampun, apa dia ini Ya-Chan? Aku yakin sekali, 100 persen, tapi, kenapa dia tidak ingat padaku? Tidak apa-apa, akan kubuat dia ingat, oh, apa yang aku pikirkan! Memangnya aku peduli kalau dia ingat aku atau tidak!’ pikir Sasori, wajahnya mengernyit. “Umm, Sasori-Kun, kau tidak apa-apa?” tanya Sayaka, yang membuat Sasori tersadar, “Oh, tidak apa-apa, err… kugutsu yang ini sudah, aku akan ambil yang satu lagi” kata Sasori beranjak pergi.
Sasori berjalan menuju kamar mandi dan mencuci muka, “Huff, Chiyo-Baa, apa Sayaka itu Ya-Chan? Ugh, kenapa bisa begini sih” gerutu Sasori, kemudian dia menyambar 2 kugutsu dan berjalan kembali kekamarnya, “Nih, ada 2” kata Sasori. Kemudian mereka memperbaiki kugutsu itu sampai mengantuk, kemudian Sayaka kembali ke ruangan tempat dia dan nakama-nya tidur.
Esoknya, pengawas mendapat berita kalau ada penyusup di Suna. Gaara dengan tanggap langsung mencari ke seluruh Sunagakure, “Kami akan membantu” kata Kakashi dan Yamato, “Serahkan saja pada kami” kata Kakashi, Yamato, dan ninja Konoha yang ada disitu. Kemampuan Sayaka dalam mengendalikan kugutsu makin baik, membuat Kankurou dan Sasori senang.
~Somebody's POV~
“Kukuku… jadi… dia sudah berhenti dari Akatsuki?” tanya serorang laki-laki bertampang sangar dengan rambut cokelat gelap berantakan dan mata coklat yang dingin, “Begitulah…” kata seorang wanita berambut biru keunguan panjang dengan mata hitam dingin, “Kau berjanji, kalau kami bekerja sama denganmu, kami akan mendapat apa yang kami inginkan?” tanya seorang wanita lagi dengan warna rambut biru yang sama hanya saja pendek dan matanya jauh lebih dingin, nyaris tidak terlihat hidup, suaranya sama dinginnya dengan tatapannya. “Tergantung bagaimana kalian melaksanakan pekerjaan ini” balas si laki-laki, kedua wanita tetap diam, menatap tajam dan dingin, “Memangnya apa yang kalian inginkan, aku punya banyak emas” kata laki-laki itu bosan, “Kami tak butuh itu” jawab perempuan pertama, “Lalu, apa yang kalian inginkan? Aku tak suka menunggu lama” desah si pria. Wanita kedua tersenyum jahat lalu berkata dengan suaranya yang sedingin es, “Tsuto Sayaka, mati”.
~Original POV~
Setelah beberapa jam mencari penyelundup itu, mereka menyerah, “Sepertinya salah peringatan, bayanganku dan bayangan Naruto-Kun sudah mencari ke seluruh pelosok Suna, tapi nihil, bahkan dengan ryaaringan” kata Sayaka terengah, “Sayaka benar, aku tidak menemukan satu orang aneh pun” kata Kakashi. “Ayo kita kembali ke Mansion Hokage” kata Yamato.
“Begitu ya?” tanya Gaara, “Yah, kami dan tim lain tidak menemukan kejanggalan apapun” jelas Yamato. Gaara tampak ragu-ragu sebelum berkata, “Baiklah kalau begitu, lebih baik kalian istirahat”, “Kurasa itu ide yang bagus” gumam Temari. Mereka lalu kembali ke ruangan tempat ninja Konoha beristirahat.
~Somebody's POV~
Si laki-laki tercengang, dia seperti pernah mendengar nama itu, “Tsuto Sayaka…” gumamnya, “Kenapa? Kau kenal dia?” tanya perempuan berambut pendek. “Entah, aku seperti pernah mendengar namanya entah dimana” gumam si laki-laki. Perempuan berambut pendek itu menatapnya tajam, memutuskan dia tidak berbohong, si perempuan berkata, “Dia adalah pewaris asli klan Tsuto, dia yang nantinya akan menjadi empress klan Tsuto” perempuan kedua mengangguk. Si laki-laki tampak berpikir, kemudian menyeringai, “Bagaimana kalau kalian bantu aku membunuh seseorang, jika berhasil, kalian bisa membunuh Sayaka ini, dengan cara apapun yang kalian mau” katanya. Kedua perempuan itu berpikir, kemudian perempuan pertama berkata, “Beritahu kami siapa yang ingin kau bunuh”, si laki-laki menyeringai, “Sasori” jawabnya pendek.
~Original POV~
“Hari ini kau dan yang lain pulang, Sayaka-Chan?” tanya Kankurou, “Yep” jawab Sayaka, mengikat sepatunya. “Heheh, Temari akan merindukanmu” Kankurou terkekeh, “Mungkin” kata Sayaka geli. “Oi! Sayaka-Chan! Ayo cepat!” panggil Naruto, “Iya iya!” teriak Sayaka.
~Somebody's POV~
3 siluet melintasi padang gurun di luar desa Suna, 1 pria 2 wanita, wanita itu kembar, yang satu berambut biru gelap pendek, satunya lagi berambut biru gelap sebahu, 3 orang itu memiliki hal yang sama : mata yang luar biasa dingin hampir tidak seperti mata manusia, dengan tatapan yang amat menusuk dan kulit pucat.
~Original POV~
“Yak, kami akan pulang” kata Naruto riang, melambai kepada Gaara, Temari, Kankurou, dan Sasori yang hanya beberapa meter dari tempatnya berdiri. “Sampai jumpa, Temari-Chan, Gaara-Kun, Kankurou-Kun, Sasori-Kun” kata Sayaka nyengir, “Selamat tinggal” kata Kakashi dan Sai, “Sampai jumpa” kata Sakura. “Sampai jumpa juga, Ya-Chan” kata Sasori, kemudian terdiam, “Errr… Ya-Chan itu siapa?” tanya Naruto bingung. “Ma-maaf” kata Sasori, menggosok-gosok bagian belakang kepalanya, “Kenapa kau memanggil Sayaka Ya-Chan?” tanya Sakura ingin tahu. “Err, karena, Sayaka-Chan, mirip sekali dengan yah, teman kecilku, namanya Ya-Chan” jelas Sasori, “Oh, dimana dia sekarang?” tanya Kakashi. Sasori tampak agak panik, “Dia… pindah saat aku berumur 10 tahun, katanya dia sudah…. Mati” gumamnya, “Oh” kata Sakura agak merasa bersalah. “Ya sudah deh, kami pergi dulu ya! Daah!” seru Naruto ceria, “Daah!” kata mereka, kemudian berbalik untuk pergi.
~Somebody's POV~
“Mereka akan pergi” kata perempuan berambut pendek, “Wataru” panggil kembarannya, menoleh ke arah laki-laki berambut cokelat gelap berantakan. ‘Dia! Tak salah lagi! Ternyata memang benar!’ pikir laki-laki yang bernama Wataru. “Oi” panggil wanita itu lagi, “Apa, oh iya” kata Wataru, “Lempar dengan hitungan ke 3, 1, 2, 3!!!”
“Sai-Kun awas!” seru Sayaka mendorong Sai menjauh ketika dia melihat sebuah kunai dengan kertas peledak diikat ke kunai itu. JEGERRRR (:D) kunai itu meledak di tempat Sai berada beberapa detik yang lalu, “Kita diserang!” seru Sakura, “Siapa yang melakukan ini!?!” seru Naruto kaget, “Kalian! Waspadalah!” teriak Yamato dan Kakashi bersamaan.
2 kunai peledak muncul lagi, namun berhasil mereka hindari, “PENGECUT! TUNJUKKAN DIRI KALIAN!!!” teriak Naruto marah, mengeluarkan kunainya. Kemudian 3 sosok muncul dihadapan mereka, yang membuat Sayaka membeku ditempat, terpana.
To be Continued……